Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika Italia berangsur-angsur melonggarkan
lockdown yang telah berlangsung selama dua bulan, pemilik tempat wisata di lembah Val Seriana menatap nanar momen liburan musim panas yang masih dirasa tak menentu.
"Ini adalah tragedi yang dahsyat, bahkan lebih dari perang," kata Claudio Trentani (57), seorang manajer tempat peristirahatan di sana.
Dia mengelola Baita Cassinelli, sebuah tempat peristirahatan di kaki Gunung Presolana setinggi 2.521 mdpl dan berjarak 30 menit berkendara dari kota Bergamo yang berada di kawasan Lombardy, utara Italia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trentani melihat tidak ada cara yang tepat untuk mengelola jarak sosial di bangunan seluas 60 meter persegi tempatnya menyajikan makanan dan minuman untuk para pendaki.
Tempat itu penuh dengan pendaki sebelum
lockdown Italia.
Lorenzo Pasinetti (53) mengelola tempat peristirahatan yang lebih besar di Gunung Pora yang memiliki ketinggian 1.880 mdpl.
Di tempatnya ada restoran, kafe, dan area barbeku, dan melayani 2.000 orang per hari di musim dingin dan 300 orang per hari di musim panas.
Dia menghitung kerugian di musim dingin sekitar 60 persen akibat
lockdown yang dimulai 8 Maret.
Tempatnya tetap terbuka untuk menyediakan bahan makanan bagi 10 keluarga yang tinggal di gunung.
Di Rovetta, tempat tim sepak bola Serie A Atalanta berlatih setiap musim panas, Walikota Mauro Marinoni mengatakan ada 15 kematian akibat virus corona, tetapi ia menduga jumlah korban sebenarnya lebih tinggi.
Dia mengatakan 30 warganya meninggal pada bulan Maret, lebih tinggi dari empat kasus kematian pada tahun sebelumnya.
Penduduk setempat memanfaatkan momen liburan musim panas setiap tahunnya untuk mencari uang. Namun pandemi virus corona tahun ini membuat mereka harus memikirkan ulang cara mencari pendapatan.
Di Castione della Presolana, sebuah desa pegunungan setinggi 3.400 mdpl, lonceng gereja berbunyi hingga empat kali dalam sehari untuk mengumumkan kematian warga. Sebagian besar akibat virus corona.
 Suasana di Naples, Italia, setelah lockdown dilonggarkan pada 27 April 2020. (AP/Andrew Medichini) |
Walikota Angelo Migliorati mengatakan kota itu biasanya mencatat tiga kematian dari Januari hingga Maret, tetapi tahun ini melihat 32 kematian.
Hanya tujuh yang dihitung sebagai kematian karena virus corona, karena tidak semua yang meninggal dirawat di rumah sakit atau diuji.
Migliorati berharap momen liburan musim panas dapat membantu pemulihan ekonomi dan psikologis warganya.
Dia mengatakan setelah berbulan-bulan berada di dalam rumah, orang akan mencari "kedamaian yang hanya bisa diberikan oleh alam."
"Saya yakin kita akan memiliki banyak pengunjung, terutama di resor. Gunung ini menawarkan ruang yang cukup untuk jarak sosial," katanya.
Pemandu pendakian, Ernesto Cocchetti (57), memperkirakan bahwa pengunjung akan bersemangat untuk kembali ke alam.
Tetapi operator pariwisata lokal masih khawatir tentang kemampuan mereka untuk mengelola serbuan pengunjung dengan aman.
 Pemilik tempat wisata di Bergamo, utara Italia, bersiap menyambut kedatangan turis setelah lockdown dilonggarkan. (AP/Luca Bruno) |
Giorgio Masserini (61) mengelola tempat latihan panjat tebing di Dorga. Kemungkinan ia akan membuka kembali tempatnya pada 18 Mei untuk atlet terdaftar dengan peralatan panjat mereka sendiri.
Dia telah membersihkan tempatnya dan siap mengukur suhu pengunjung sebelum mengizinkannya masuk.
Alice Piccardi (37) yang mengelola sebuah pertanian organik dan restoran bersama suaminya Stefano Gusmini (43) melihat ayahnya dirawat di rumah sakit dengan COVID-19.
Ayahnya adalah salah satu yang beruntung, dipulangkan setelah dua minggu dirawat untuk memulihkan diri di rumah.
Dengan restoran tertutup bagi para tamu, mereka menjuak produk dengan layanan pesan antar untuk menjaga pemasukan sebelum restoran dapat dibuka kembali pada 1 Juni.
[Gambas:Video CNN] (ap/ard)