Mengunyah Daun Qat, Bahagia yang Sederhana di Negara Perang

AFP | CNN Indonesia
Kamis, 07 Mei 2020 03:39 WIB
A Yemeni vendor packages qat, the ubiquitous mild narcotic, at a market in the capital Sanaa on May 1, 2020. - While most of the world's markets have closed to curb the spread of coronavirus, in Yemen's capital Sanaa, downtown districts selling qat -- the ubiquitous mild narcotic -- still bustle with people. Flouting social distancing rules, Yemenis jostle to select bunches of the chewable leaf from vendors packed into the narrow laneways crowded with stalls. (Photo by Mohammed HUWAIS / AFP)
Daun qat. (AFP/MOHAMMED HUWAIS)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di saat banyak pasar tradisional di dunia yang tutup untuk meredam penyebaran virus corona, para penjual daun qat dan kerumunan pembeli masih tampak pasar di Sana, ibukota Yaman.

Seakan tak peduli dengan aturan jarak sosial, penduduk Yaman rela berdesak-desakan di gang pasar yang sempit untuk memilih daun candu ringan itu dari penjual.

Penjual juga terlihat bertransaksi tanpa tindakan pencegahan, seperti masker atau sarung tangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika pasar qat ditutup, percayalah bahwa 98 persen orang Yaman akan keberatan," kata Ali al-Zubeiry, salah satu penduduk Sanaa yang ditemui berada di pasar.

"Kami menghimbau pihak berwenang untuk tidak menutup pasar-pasar qat karena Yaman hidup dari itu," katanya - sambil menambahkan mungkin akan menjadi ide yang baik untuk memindahkan lapak-lapak penjual ke ruang terbuka.

Yaman, negara yang terjebak perang saudara sejak 2014 dan negara termiskin di Semenanjung Arab, adalah produsen dan konsumen utama qat, yang dilarang di beberapa negara tetapi telah menjadi bagian dari tatanan sosial Yaman selama ribuan tahun.

Negara ini dulunya terkenal dengan industri kopinya, tetapi menjual qat dirasa lebih menguntungkan.

Lahan perkebunan qat banyak dibuka di Yaman, berikut di sekitar Laut Merah dan di negara-negara Afrika, seperti Ethiopia dan Somalia.

Daun qat dikonsumsi dengan cara dimasukkan ke pipi dan perlahan dikunyah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 90 persen pria dewasa di Yaman mengunyah qat selama beberapa jam per hari, dengan beberapa wanita dan anak-anak juga mengadopsi kebiasaan itu.

Polisi dapat terlihat di jalan-jalan mengunyah qat, yang lalu disimpan dalam kantong plastik saat hendak bertugas.

"Mengunyah daun qat melepaskan bahan kimia yang secara struktural terkait dengan amfetamin, yang membuat orang merasa rileks. Beberapa orang katakan efeknya sebanding dengan minum kopi kental," jelas WHO.

Penutupan pasar

Sanaa, kota di utara Yaman yang saat ini dikendalikan oleh pemberontak Huthi yang didukung Iran.

Banyak penduduk Yaman yang terpaksa jadi penjual qat setelah perang pecah dan tidak memiliki pendapatan tetap.

Ahmed Saleh, seorang guru sekolah umum yang belum digaji dalam empat tahun, mengatakan bahwa menjual qat adalah "sumber penghasilan utama" sekarang.

"Menutup pasar karena virus corona akan menyebabkan kelaparan," katanya kepada AFP.

"Banyak orang bergantung pada pembelian dan penjualan qat."

A Yemeni man buys qat, the ubiquitous mild narcotic, at a market in the capital Sanaa on May 1, 2020. - While most of the world's markets have closed to curb the spread of coronavirus, in Yemen's capital Sanaa, downtown districts selling qat -- the ubiquitous mild narcotic -- still bustle with people. Flouting social distancing rules, Yemenis jostle to select bunches of the chewable leaf from vendors packed into the narrow laneways crowded with stalls. (Photo by Mohammed HUWAIS / AFP)Suasana jual beli daun qat di pasar Sanaa, Yaman. (AFP/MOHAMMED HUWAIS))

Muthir al-Marouni, direktur jenderal departemen kesehatan yang dikelola pemberontak di Sanaa, mengatakan dirinya berharap pasar akan segera ditutup karena "bisa menjadi sumber utama penyebaran virus".

"Nyawa lebih penting daripada pasar," katanya.

Namun, dia mengakui bahwa keputusan seperti itu akan sulit untuk dilaksanakan, mengingat banyak orang bergantung pada perdagangan.

"Keputusan itu harus dipelajari dengan cermat sambil menemukan solusi ... untuk memastikan orang dapat terus hidup," kata Marouni.

Pengiriman ke rumah

Sementara pasar masih beroperasi, sebagian penduduk Sanaa memilih belanja dengan sistem pesan antar.

"Setelah penyebaran coronavirus, banyak yang takut pergi ke pasar dan meminta agar qat dikirim ke rumah mereka," kata salah penjual qat, Ghaleb al-Huseimy.

"Mereka memberi satu syarat - bahwa saya menjadi satu-satunya yang menyentuh qat tersebut."

Omar al-Abi adalah salah satu pelanggan yang memilih layanan pesan antar qat karena takut tertular virus.

"Qat bisa menjadi alasan utama penyebaran cepat virus itu karena pasarnya sangat ramai," katanya. "Lebih dari 50 orang bisa menyentuh satu tas berisi qat."

Penggemar qat yang lain, Walid al-Dhahawi, mengatakan bahwa dibutuhkan kondisi yang melebihi pandemi untuk menghentikan penduduk Yaman mengunyah qat - sebuah tradisi budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.

"Tidak ada acara tanpa qat," katanya.

"Ini adalah perekat dalam masyarakat ... pada saat-saat bahagia dan berkabung."

[Gambas:Video CNN]

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER