Jakarta, CNN Indonesia -- Metode
homeschooling atau sekolah dari rumah bisa menjadi salah satu alternatif pembelajaran di tengah
pandemi virus corona. Anak juga orang tua, dalam kondisi
wabah ini mau tak mau bakal lebih banyak menghabiskan waktu
di rumah.
Jika memang anak lebih memilih
homeschooling, maka momen kebersamaan ini justru pas dimanfaatkan untuk menggali kemampuan anak dan mengasah ketrampilan orang tua menjadi kawan belajar sang buah hati.
Lagipula, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar pemerintah menunda pembukaan sekolah-sekolah dan melanjutkan skema pembelajaran jarak jauh atau, metode belajar dari rumah setidaknya hingga Desember 2020. Ini mengingat pelonggaran pembatasan aktivitas--termasuk membuka kembali sekolah--berisiko menimbulkan lonjakan jumlah kasus baru. Termasuk pada anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan di sisi lain, pencegahan infeksi pada anak-anak masih sulit diterapkan. Maka IDAI menganjurkan pembukaan dilakukan sekitar Desember 2020 mendatang.
Tapi bila memang hendak menempuh
homeschooling, Anda tak bisa terjun bebas begitu saja. Setidaknya ada enam hal yang perlu dipersiapkan.
1. Kemauan anakPaling utama yang perlu disiapkan adalah memastikan keinginan anak. Apakah betul anak memang mau atau menghendaki untuk mengikuti
homeschooling.
Sebab menurut pengamat pendidikan dan pemerhati anak, Seto Mulyadi sesungguhnya proses belajar bukanlah jadi keputusan orang tua. Sebab, anak lah yang kelak bakal melakoni.
"Intinya sekolah itu untuk anak, bahwa ini bagian dari pemenuhan hak anak untuk tumbuh dan berkembang. Jadi pemenuhan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan cara belajar anak," jelas Seto yang juga praktisi
homeschooling tersebut kepada
CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon.
Orang tua, kata Seto, bisa membantu mengidentifikasi keperluan anak dengan cara bertanya langsung atau mengamati perubahan perilakunya selama karantina pandemi corona ini. Mengingat, hingga kini belum ada kepastian kapan wabah akan berakhir.
"Sambil mengamati kan orang tua bisa mengetahui, ini sudah stres, sudah bosan atau apa, dari perilakunya kan," tutur dia memberi saran.
2. Kesiapan mentalPerubahan dari yang biasanya belajar di sekolah bersama guru dan menjadi belajar di rumah bersama orang tua atau guru privat tentu butuh proses. Namun psikolog anak Ratih Ibrahim meyakinkan, penyesuaian akan berangsur terjadi seiring proses.
Menghadapi situasi yang serba tak pasti ini, orang tua harus berpikir cepat dan sigap mengambil keputusan. Sebab jika tidak, anak bisa jadi akan tertinggal banyak hal. Tumbuh kembang anak, lanjut dia, tak bisa menunggu tingkat kesiapan orang tua.
[Gambas:Video CNN]"Pada dasarnya jika mau tidak mau harus dilakukan atau, ini adalah
the best choice, orang akan terpaksa melakukan dan menyesuaikan diri. Mungkin bakal ramai di awal, begitu sudah bisa adaptasi ya lebih tenang," ungkap psikolog dari Personal Growth, Ratih Ibrahim saat dihubungi
CNNIndonesia.com.
3. Informasi mengenai homeschoolingGali dan cari informasi sebanyak mungkin mengenai
homeschooling atau komunitas yang menerapkan metode ini. Seto Mulyadi mencontohkan, ia dan sejumlah kawan berinisiatif membentuk Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena).
Komunitas yang terdiri atas praktisi juga orang tua ini rutin mengadakan diskusi mengenai metode
homeschooling. Tak jarang masing-masing orang tua pun berbagi cerita dan pengalaman menerapkan
homeschooling. Sehingga ketika ada permasalahan, satu sama lain bisa saling membantu dan mendukung.
4. Ketelatenan orang tuaMenurut psikolog anak yang juga praktisi
homeschooling, Ratih Ibrahim, selain kesiapan mental, komitmen untuk telaten dan disiplin mendampingi anak biasanya yang paling menantang.
"Soal kemampuan dan ketelatenan [orang tua],
well, selalu ada catatan untuk sebuah kebutuhan baru. Idealnya menyesuaikan diri, seberat apapun, sesulit apapun tantangannya, kita melakukan penyesuaian diri," tutur Ratih lagi.
5. Ketrampilan atau skill untuk homeschoolingYang juga perlu disiapkan adalah ketrampilan
homeschooling. Karena itu ia menyarankan orang tua untuk sungguh-sungguh mempelajari tentang
homeschooling, mencari sekolah
homeschooling yang sesuai untuk kebutuhan anak dan kapasitas orang tua dan, menyiapkan diri juga anak sebaik mungkin.
6. SaranaKelengkapan sarana juga salah satu yang harus diperhatikan, karena tanpa dukungan fasilitas yang tepat maka metode ini juga bisa berakibat buruk. Di antaranya seperti koneksi internet, gadget yang digunakan hingga materi belajar.
Karena itu sebelum menerapkan
homeschooling, Anda bisa mencari tahu mengenai sarana juga kegiatan apa saja yang bisa dicoba untuk metode ini. Anda bisa mendiskusikan atau bertanya ke orang tua yang lebih dulu menerapkan
homeschooling atau fasilitator lantas menyesuaikan dengan kebutuhan anak.
 Ilustrasi: Sebelum memilih untuk menerapkan homeschooling, orang tua perlu memastikan fasilitas dan saran untuk mendukung metode ini. (Foto: Istockphoto/ Damircudic) |
7. BiayaBiaya ini menurut Ratih adalah hal yang relatif bergantung masing-masing orang tua. Begitu pun bagi Seto Mulyadi. Selain itu, kini telah ada beberapa lembaga yang menawarkan ujian penyetaraan sama seperti sekolah formal.
Tapi sebagian orang menganggap menempuh
homeschooling akan lebih menghemat biaya. Kocek yang dikeluarkan lebih terjangkau. Namun perlu dipertimbangkan jika mengambil guru privat, maka bisa saja akumulasinya akan lebih mahal. Karena itu sebagian keluarga yang memilih
homeschooling, umumnya salah satu orang tuanya punya waktu penuh di rumah.
(nma)
[Gambas:Video CNN]