Sindrom metabolik adalah beberapa kondisi tubuh yang muncul secara bersamaan sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2. Kondisi-kondisi ini mencakup peningkatan tekanan darah, kadar gula darah tinggi, kelebihan lemak di sekitar perut dan kadar kolesterol atau trigliserida yang tidak normal.
Jika memiliki salah satu kondisi, tidak berarti ini gejala sindrom metabolik. Namun bukan berarti Anda lepas dari risiko penyakit yang lebih serius. Sebenarnya Anda sulit mengenali gejala sindrom metabolik.
Akan tetapi, mengutip dari Medical News Today, American Heart Association (AHA) menyebut dokter bakal curiga Anda mengalami sindrom metabolik saat Anda mengalami setidaknya tiga dari lima gejala berikut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sindrom metabolik bukan penyakit tapi serangkaian gejala atau penanda yang kalau punya penanda termasuk berarti sudah masuk sindrom metabloik dalam hitungan tahun bisa kena penyakit kronis seperti diabetes, stroke jantung, atau penyakit lainnya," kata Moch Aldis Ruslialdi SKM CNWC, Certified Nutrition and Wellness Consultant Nutrifood dalam webinar, Selasa (16/6).
"Empat besar penyakit mengakibatkan kematian adalah stroke, jantung, hipertensi, diabetes, top of the top penyakit di Indonesia. Ini penyakit yang berhubungan dengan lifestyle atau disebut penyakit kronis."
Berikut lima gangguan sindrom metabolik.
Obesitas dikenal jadi 'pintu masuk' penyakit kardiovaskular. Obesitas pun jadi salah satu gejala sindrom metabolik. Baik obesitas abdonimal, viseral atau sentral sebaiknya Anda waspada jika ukuran pinggang sudah melebar.
"Buncit itu obesitas central. Ini yang harus diubah mindset-nya kalau buncit itu lucu," ucapnya.
"Buncit itu penanda sistem metabolik seseorang yang bermasalah."
Untuk pria patut waspada jika ukuran lingkar pinggang mencapai lebih dari 101 sentimeter. Sedangkan wanita di ukuran lebih dari 89 sentimeter
Kisaran kadar gula darah pun berkontribusi jadi gejala sindrom metabolik. Pengukuran kadar gula darah ada beragam cara. Namun untuk mengenali gejala sindrom metabolik, gunakan pengukuran kadar gula darah puasa.
Jelang pengukuran gula darah, Anda wajib puasa setidaknya selama 8 jam. Jika kadar gula darah puasa lebih dari 100 mg/dL, ini masuk gejala sindrom metabolik.
Pengukuran tekanan darah digunakan untuk mengetahui seberapa kuat jantung memompa darah ke tubuh. Melansir dari Alodokter, umumnya orang dewasa dengan kondisi tubuh sehat memiliki tekanan darah di kisaran 90/60-120/80 mmHg.
Akan tetapi gejala sindrom metabolik sudah terlihat saat tekanan darah mencapai atau lebih dari 130/85 mmHg.
"Dalam pengukuran tekanan darah, dikenal sistol dan diastol. Nah tidak melulu harus sistol dan diastol yang tinggi keduanya. Kalau salah satunya udah tinggi itu penanda gangguan sistem metabolik."
Saat cek kolesterol, biasanya tercantum hasil pemeriksaan trigliserida darah. Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah. Selain dihasilkan organ hati, trigliserida juga berasal dari makanan seperti daging, keju, susu, nasi, minyak goreng dan mentega.
Saat trigliserida tinggi, ini bisa memicu penebalan dinding pembuluh darah sehingga memicu penyakit jantung dan serangan stroke. Risiko sindrom metabolik pun makin besar saat kadar trigliserida lebih dari 150 mg/dL.
Kolesterol kerap mendapat 'cap' negatif sebagai pemicu berbagai penyakit. Namun mengutip dari situs Halodoc, kolesterol membantu tubuh memproduksi vitamin D, sejumlah hormon dan asam empedu untuk mencerna lemak. Ini dengan catatan, kadar kolesterol normal.
Saat kadar kolesterol rendah terutama high density lipoprotein (HDL) alias 'kolesterol baik', ini bisa digolongkan gejala sindrom metabolik. Untuk pria kadarnya kurang dari 40 mg/dL sedang pada wanita kurang dari 50 mg/dL.
(els/chs)