Setelah 32 tahun, panggung kelab tari Flamenco di Madrid, Casa Patas, akhirnya ditutup tirai akibat pandemi virus corona yang tengah melanda dunia.
Kelab yang sangat populer di kalangan wisatawan ini mengatakan pandemi telah menempatkan mereka "dalam risiko kepunahan" dan sedang mencari bantuan pemerintah untuk memastikan kelangsungan hidup mereka.
"Jika mereka tidak membantu kami, tablaos [kelab flamenco yang khas dengan lantai kayu] flamenco akan hilang," kata Federico Escudero, kepala ANTFES yang mewakili sekitar 100 kelab di seluruh Spanyol yang mempekerjakan 3.400 orang dan telah ditutup sejak pertengahan Maret.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat kasus virus corona menurun dan ekonomi negara perlahan-lahan mulai bangkit, ANTFES mengatakan masa depan kelab-kelab ini - yang menyediakan pekerjaan bagi "90 persen seniman flamenco" - dipertaruhkan.
Masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda PBB pada tahun 2010, flamenco adalah bentuk tarian dengan gerakan cepat yang diiringi oleh gitar dan nyanyian yang lahir berabad-abad lalu di antara para kaum gipsi di selatan Andalusia.
Spanyol pada akhir pekan ini akan kembali membuka gerbang pariwisatanya untuk turis asal Eropa. Turis dari negara lain baru bisa berkunjung pada 1 Juli 2020.
Namun, kelab-kelab flamenco pasti bakal kesulitan beroperasi, karena protokol kesehatan mewajibkan pengelola dan pengunjung menaati aturan jarak sosial.
Sebagai ruang sosialisasi
Pemilik Casa Patas, Martin Guerrero, mengatakan kalau kelab flamenco-nya bakal mengalami kesulitan finansial jika tak ada turis mancanegara.
Dibuka pada tahun 1988 di Lavapies, Casa Patas populer dikenal sebagai "kuil" flamenco di Madrid.
Kelabnya memiliki panggung kecil di sebuah ruangan kecil, dengan 120 kursi yang berdekatan, sehingga tidak mungkin untuk melakukan jarak sosial jika sudah penuh.
Di ruangan kelab yang sekarang sunyi, dinding dipenuhi dengan foto-foto acara flamenco yang pernah digelar di sana - sosok penyanyi Diego El Cigala, penari Sara Baras, gitaris gipsi Tomatito - serta pengunjung reguler seperti mendiang legenda gitar Paco de Lucia.
![]() |
Bagi Guerrero, penutupan telah "sangat sulit untuk diatasi", terutama karena ia harus merumahkan 25 staf, termasuk beberapa yang telah menghabiskan lebih dari dua dekade bekerja di sana.
Berdiri di samping foto besar almarhum ayahnya yang mendirikan kelab, Guerrero mengakui bahwa dia benar-benar kehilangan "atmosfir kelab yang fantastis".
"Ini adalah bar di mana Anda bisa bertemu artis, penggemar, gipsi, orang-orang dari Andalusia, dari Madrid, siswa flamenco dan turis dari seluruh dunia," katanya.
Di Barcelona, Mimo Aguero berharap untuk menghindari nasib yang sama untuk Tablao de Carmen, kelab flamenco yang dibuka tiga dekade lalu untuk menghormati penari flamenco legendaris Carmen Amaya.
"Sebelum pariwisata kembali normal, kami tidak akan bisa beroperasi," ujar Aguero.
"Dan jika pemerintah tidak membantu kami, kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan."
Dalam bahaya kepunahan
Dalam upaya untuk menyelamatkan sektor ini, ANTFES telah melobi pemerintah untuk menggelar kampanye 'Flamenco dalam bahaya kepunahan'.
Mereka juga meminta pemerintah untuk menghentikan pembatasan kapasitasnya yang bertujuan menghindari wabah baru - atau yang diartikan "95 persen tabla harus ditutup".
Sejauh ini, sektor flamenco mengatakan belum mendapat tanggapan dari pemerintah Perdana Menteri Sosialis Pedro Sanchez yang telah memberikan bantuan ke tempat-tempat budaya lain seperti museum, bioskop dan gedung opera.
Meskipun tablaos menghadapi krisis eksistensial, flamenco sendiri "sangat hidup" sebagai bagian dari budaya populer di Andalusia dan daerah lain di Spanyol, kata Guerrero.
Dan para senimannya akan terus tampil di acara-acara tradisional, pesta dan festival, bentuk seni mereka yang intens secara emosional didukung oleh lembaga-lembaga seperti Yayasan Casa Patas.
Lihat juga:Berwisata ke Kampung Halaman Lionel Messi |