Vitamin D merupakan salah satu nutrisi penting untuk meningkatkan imunitas tubuh yang dapat mencegah dan melawan virus corona penyebab Covid-19 pada masa pandemi. Kebutuhan harian vitamin D sangat diperlukan untuk membentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat.
Sebuah studi juga mendapati, vitamin D yang tinggi dalam tubuh dikaitkan dengan rendahnya paparan dan keparahan Covid-19.
Berikut kebutuhan harian vitamin D untuk imunitas tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah vitamin D yang dibutuhkan setiap orang per hari berdasarkan pada usia berkisar 200-800 IU (satuan untuk vitamin).
Bayi usia 0-11 bulan 200 IU
Laki-laki 1-64 tahun 600 IU
Laki-laki di atas 65 tahun 800 IU
Perempuan 1-64 tahun 600 IU
Perempuan di atas 65 tahun 800 IU
Orang yang berisiko defisiensi vitamin D direkomendasikan untuk mendapatkan 1.000-4.000 IU. Asupan vitamin D lebih dari 10 ribu IU per hari dapat menjadi toksik dan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.
Lihat juga:9 Cara Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Anak |
Ahli gizi klinis Cindiawaty J Pudjiadi menjelaskan, vitamin D sudah ada di dalam tubuh dengan kondisi tidak aktif. Vitamin D perlu diaktifkan dengan paparan sinar matahari. Selain itu, vitamin D juga bisa didapatkan dari makanan.
"Sebanyak 90 persen bisa didapatkan dari paparan sinar matahari dan 10 persen dari makanan," kata Cindiawaty dalam webinar bersama Kalbe Farma, Kamis (9/7).
Untuk menghasilkan 1.000 IU vitamin D, disarankan untuk berjemur pada pukul 9.00 WIB pagi dengan waktu maksimal 15 menit.
"Berjemur-lah sekitar pukul 9.00, 5 menit dahulu kemudian dinaikkan secara bertahap maksimal 15 menit, 2-3 kali seminggu. Hentikan berjemur jika kulit sensitif atau memerah," ucap Cindiawaty.
Sumber vitamin D dari makanan bisa didapatkan dengan mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D seperti salmon, jamur, susu, dan kacang-kacangan. Namun, jumlah IU vitamin D yang terdapat dalam makanan sangat kecil. Misalnya, 3 ons salmon hanya mengandung 500 IU.
![]() |
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berjemur di bawah sinar matahari saja sering kali tidak cukup untuk membentuk vitamin D. Pasalnya, pembentukan vitamin D juga dipengaruhi oleh gen yang terdapat di dalam tubuh.
Cindiawaty mengungkapkan, data di Indonesia, 86 persen orang memiliki variasi gen yang membuat paparan sinar matahari tidak mampu mengubah vitamin D yang tidak aktif menjadi aktif.
Sedangkan data dari 523 pasien Cindiawaty menunjukkan 84 persen memiliki variasi gen dan 16 persen yang dapat menyerap paparan sinar matahari menjadi vitamin D aktif.
"Tidak jauh berbeda, data pasien saya juga menunjukkan mayoritas memiliki variasi gen sehingga seberapa lama pun di bawah sinar matahari tidak bisa mengubah vitamin D dalam tubuh menjadi aktif," ujar Cindiawaty.
Untuk mengetahui keberadaan gen ini, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Bagi orang yang memiliki variasi gen, Cindiawaty menyarankan untuk mendapatkan asupan vitamin D dari suplemen.
Cindiawaty menyebutkan, suplementasi vitamin D sebaiknya dilakukan dalam pengawasan dokter untuk mendapatkan dosis yang tepat sesuai dengan kondisi vitamin D di dalam tubuh.
Mengonsumsi suplemen yang beredar secara luas di pasaran juga boleh dilakukan dengan dosis mulai dari 400 IU hingga 2.000 IU, dapat disesuaikan dengan kebutuhan vitamin D sesuai usia.
Lihat juga:7 Makanan yang Mengandung Vitamin D |
"Menentukan dosis paling tepat setelah memiliki data genetik dan pemeriksaan dokter. Tapi, tidak apa-apa juga mengonsumsi suplemen yang sudah tersedia," ujar Cindiawaty.
Cindiawaty menyebut, suplemen vitamin D tidak memiliki efek samping yang membahayakan. Pada kasus yang jarang terjadi, suplemen vitamin D dapat menyebabkan ruam di kulit.
Penyerapan vitamin D membutuhkan peran lemak. Oleh karena itu, mengonsumsi suplemen vitamin D harus dilakukan setelah makan. Mengonsumsi vitamin D dalam keadaan perut kosong tidak akan efektif membentuk vitamin D dalam tubuh.
(ptj/asr)