Kebutuhan Harian Vitamin D untuk Imunitas Cegah Covid-19

CNN Indonesia
Kamis, 09 Jul 2020 15:07 WIB
Warga berjemur dengan latar belakang mural (lukisan dinding) komik antihoaks di Kampung Hepi, Joho, Manahan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (7/4/2020). Mural tersebut dibuat warga setempat untuk mengedukasi warga tentang hidup bersih dan sehat sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19 sekaligus mengampanyekan gerakan antihoaks. ANTARA FOTO/Maulana Surya/foc.
Ilustrasi. Kebutuhan harian vitamin D harus bisa terpenuhi untuk membentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)
Jakarta, CNN Indonesia --

Vitamin D merupakan salah satu nutrisi penting untuk meningkatkan imunitas tubuh yang dapat mencegah dan melawan virus corona penyebab Covid-19 pada masa pandemi. Kebutuhan harian vitamin D sangat diperlukan untuk membentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat.

Sebuah studi juga mendapati, vitamin D yang tinggi dalam tubuh dikaitkan dengan rendahnya paparan dan keparahan Covid-19.

Berikut kebutuhan harian vitamin D untuk imunitas tubuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Jumlah vitamin D yang dibutuhkan

Jumlah vitamin D yang dibutuhkan setiap orang per hari berdasarkan pada usia berkisar 200-800 IU (satuan untuk vitamin).

Bayi usia 0-11 bulan 200 IU

Laki-laki 1-64 tahun 600 IU

Laki-laki di atas 65 tahun 800 IU

Perempuan 1-64 tahun 600 IU

Perempuan di atas 65 tahun 800 IU

Orang yang berisiko defisiensi vitamin D direkomendasikan untuk mendapatkan 1.000-4.000 IU. Asupan vitamin D lebih dari 10 ribu IU per hari dapat menjadi toksik dan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.

2. Sumber vitamin D

Ahli gizi klinis Cindiawaty J Pudjiadi menjelaskan, vitamin D sudah ada di dalam tubuh dengan kondisi tidak aktif. Vitamin D perlu diaktifkan dengan paparan sinar matahari. Selain itu, vitamin D juga bisa didapatkan dari makanan.

"Sebanyak 90 persen bisa didapatkan dari paparan sinar matahari dan 10 persen dari makanan," kata Cindiawaty dalam webinar bersama Kalbe Farma, Kamis (9/7).

Untuk menghasilkan 1.000 IU vitamin D, disarankan untuk berjemur pada pukul 9.00 WIB pagi dengan waktu maksimal 15 menit.

"Berjemur-lah sekitar pukul 9.00, 5 menit dahulu kemudian dinaikkan secara bertahap maksimal 15 menit, 2-3 kali seminggu. Hentikan berjemur jika kulit sensitif atau memerah," ucap Cindiawaty.

Sumber vitamin D dari makanan bisa didapatkan dengan mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D seperti salmon, jamur, susu, dan kacang-kacangan. Namun, jumlah IU vitamin D yang terdapat dalam makanan sangat kecil. Misalnya, 3 ons salmon hanya mengandung 500 IU.

Warga berjemur di kawasan Tanah Abang, Jumat (3/4/2020). Hal tersebut dilakukan warga untuk memperkuat imunitas tubuh.  ANTARA FOTO/Galih Pradipta/pras.Ilustrasi. Mendapatkan paparan sinar matahari dapat membantu mengaktifkan vitamin D dalam tubuh. (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)

3. Apakah cukup hanya dengan berjemur di bawah sinar matahari?

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berjemur di bawah sinar matahari saja sering kali tidak cukup untuk membentuk vitamin D. Pasalnya, pembentukan vitamin D juga dipengaruhi oleh gen yang terdapat di dalam tubuh.

Cindiawaty mengungkapkan, data di Indonesia, 86 persen orang memiliki variasi gen yang membuat paparan sinar matahari tidak mampu mengubah vitamin D yang tidak aktif menjadi aktif.

Sedangkan data dari 523 pasien Cindiawaty menunjukkan 84 persen memiliki variasi gen dan 16 persen yang dapat menyerap paparan sinar matahari menjadi vitamin D aktif.

"Tidak jauh berbeda, data pasien saya juga menunjukkan mayoritas memiliki variasi gen sehingga seberapa lama pun di bawah sinar matahari tidak bisa mengubah vitamin D dalam tubuh menjadi aktif," ujar Cindiawaty.

Untuk mengetahui keberadaan gen ini, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Bagi orang yang memiliki variasi gen, Cindiawaty menyarankan untuk mendapatkan asupan vitamin D dari suplemen.

4. Suplementasi vitamin D yang disarankan

Cindiawaty menyebutkan, suplementasi vitamin D sebaiknya dilakukan dalam pengawasan dokter untuk mendapatkan dosis yang tepat sesuai dengan kondisi vitamin D di dalam tubuh.

Mengonsumsi suplemen yang beredar secara luas di pasaran juga boleh dilakukan dengan dosis mulai dari 400 IU hingga 2.000 IU, dapat disesuaikan dengan kebutuhan vitamin D sesuai usia.

"Menentukan dosis paling tepat setelah memiliki data genetik dan pemeriksaan dokter. Tapi, tidak apa-apa juga mengonsumsi suplemen yang sudah tersedia," ujar Cindiawaty.

Cindiawaty menyebut, suplemen vitamin D tidak memiliki efek samping yang membahayakan. Pada kasus yang jarang terjadi, suplemen vitamin D dapat menyebabkan ruam di kulit.

5. Aturan mengonsumsi suplemen vitamin D

Penyerapan vitamin D membutuhkan peran lemak. Oleh karena itu, mengonsumsi suplemen vitamin D harus dilakukan setelah makan. Mengonsumsi vitamin D dalam keadaan perut kosong tidak akan efektif membentuk vitamin D dalam tubuh.

(ptj/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER