Sebutan "destinasi wisata Baduy (Badui)" di Desa Kanekes, pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, akan diganti dengan Saba Budaya Badui atau kunjungan silaturahmi dengan masyarakat Badui.
Penggantian destinasi wisata itu berdasarkan hasil musyawarah yang melibatkan Puun (pimpinan tertinggi adat) juga dihadiri Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak.
Sebutan "destinasi wisata", kata Jaro Saija, merugikan masyarakat Baduy, karena terkesan menjadi obyek dan tontonan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami bersepakat destinasi wisata Badui dihapus dan diganti dengan Saba Budaya Badui," kata sang Puun, Jaro Saija, seperti yang dikutip dari Antara pada Senin (13/7).
Pemerintah Kabupaten Lebak sudah sejak lama menjadikan Suku Baduy sebagai ikon daerah.
Masyarakat Baduy yang berpenduduk 14.680 jiwa tersebar 68 kampung, terdiri dari Kampung Badui Luar dan Kampung Badui Dalam, hingga kini terbuka dan menerima pendatang.
"Kami mempersilahkan warga luar daerah memasuki kawasan budaya masyarakat Baduy, namun lebih beretika serta menjaga kelestarian lingkungan Badui," ujarnya.
Mengutip Indonesia Kaya, Desa Kanekes bisa dikunjungi melalui Terminal Ciboleger sebagai pemberhentian terakhir kendaraan bermotor.
Dari sini pemandu akan mengajak wisatawan melintasi bukit masuk ke dalam hutan hingga menemukan desa warga Baduy Luar.
Bagi yang sempat mengunjungi Suku Baduy pasti bakal terkagum-kagum dengan pemandangan alamnya yang indah dan perilaku warganya yang ramah tamah.
Namun selama kunjungan, turis wajib menjaga adat istiadat Suku Baduy.
Aturan berkunjung yang paling utama ialah menjaga kelestarian alam, dengan tak membuang sampah sembarang, menggunakan barang dalam kemasan sekali pakai, dan menggunakan pasta gigi dan sabun di sungai.
Aturan lain tergantung wilayah yang bakal didatangi, Baduy Luar atau Baduy Dalam.