Pandemi virus corona memaksa kelab-kelab malam legendaris di Berlin tutup, tetapi "rumah" musik techno, Berghain, telah menemukan cara untuk membuka pintunya kembali demi memikat pengunjung dengan pameran suara yang tidak biasa.
Hanya 50 orang yang diizinkan masuk per sesi demi menjaga jarak fisik. Tetapi tanpa penjaga pintu yang terkenal pelit memberi akses masuk, dalam pameran ini tidak ada yang pengunjung yang perlu khawatir ditolak masuk.
Begitu berada di dalam Kessel Hall yang mengesankan, bukan suara techno yang memenuhi ruangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alih-alih, pengunjung di bekas pembangkit listrik itu dihadapkan oleh oleh suara gemirisik alam liar, kebisingan kota yang lembut, bisikan manusia, sampai putaran baling-baling helikopter.
"Anda mendengarkan, Anda mengalami, Anda dapat menutup mata atau membiarkannya terbuka dan mengikuti suara di seberang ruangan," kata Carsten Seiffarth, co-kurator proyek Singuhr, pencetus pameran instalasi seni suara di Berghain, seperti yang dikutip dari AFP pada Selasa (28/7).
Pertunjukan, yang bertajuk 'Eleven songs -- Hall at Berghain' adalah gagasan dari duo artistik. Sam Auinger dan Hannes Strobl, yang dihelat hingga 2 Agustus 2020.
Sang kurator, Markus Steffens, mengatakan pasangan itu diundang memberi pengalaman menikmati seni akustik dalam ruangan berdinding beton dengan langit-langit tinggi yang kerap "disembah" oleh pecinta musik techno.
"Ruangan itu sendiri menjadi instrumen bagi mereka," kata Steffens, di mana suara berinteraksi dengan arsitektur untuk menciptakan pengalaman mendengarkan yang berbeda.
![]() |
Proyek ini disusun tahun lalu, jauh sebelum Jerman dikunci untuk mengekang penyebaran pandemi COVID-19.
Meskipun banyak pembatasan telah dicabut dalam beberapa bulan terakhir dengan toko-toko, restoran dan museum diizinkan untuk buka kembali, klub malam tetap tertutup karena ada kekhawatiran bahwa kerumunan besar dalam ruangan dapat memicu lonjakan infeksi.
Penyelenggara pameran suara di Berghain mengatakan mereka awalnya khawatir tidak ada orang yang datang.
"Kami tidak benar-benar tahu apa yang akan terjadi. Bagaimana jika tidak ada yang datang karena mereka takut terinfeksi?" kata Seiffarth.
Tapi dia tidak perlu khawatir. Pengunjung, yang memakai masker, sudah mengantre untuk masuk.
Dengan jumlah pengunjung yang dibatasi hingga 50 orang per sesi, penggemar seni dapat menjelajah dengan nyaman di seluruh aula yang luas, sementara jendela besar yang terbuka memungkinkan banyak udara segar masuk, kata Seiffarth.
Pengunjung juga terlihat antusias, mungkin karena sudah lama ingin segera keluar rumah setelah isolasi mandiri berbulan-bulan, kata Seiffarth.
"Di sini, Anda bisa berbaur bersama orang lain," kata Seiffarth.
"Pameran ini juga memberi pengalaman menjelajahi ruangan legendaris ini, sekaligus merasakan emosi saat berada di sini, melalui indera pendengaran."
(afp/ard)