Pamerkan Babi yang Dipaksa Gemuk, Festival di Taiwan Dikritik

CNN Indonesia
Rabu, 09 Sep 2020 16:32 WIB
Festival babi tahunan di Taiwan mendapat kecaman, karena memamerkan babi yang dipaksa gemuk hingga 860 kilogram.
Suasana festival babi di Taiwan yang menjadi salah satu tradisi Suku Hakka. (AFP/SAM YEH)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah festival di Taiwan, di mana babi-babi besar dipamerkan dan disembelih, hanya didatangi segelintir pengunjung setelah gencarnya kampanye yang dilakukan para aktivis hak-hak hewan mengubah persepsi orang tentang tradisi kontroversial tersebut.

Ritual tersebut merupakan acara budaya tahunan bagi komunitas Hakka di pulau itu, yang membentuk sekitar 15 persen dari populasi Taiwan.

Tapi ritual itu pada akhirnya "membelah" komunitas Hakka sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anggota Hakka yang ambil bagian dalam festival itu bersaing untuk memamerkan babi dengan ukuran terbesar, dengan pemenangnya bisa membawa pulang piala.

Diiringi kemeriahan dekorasi dan musik tradisional, 18 babi yang akan disembelih diangkut dengan truk pada hari Senin (7/9) ke Kuil Hsinpu Yimin di utara pulau itu.

Babi terbesar tahun ini memiliki berat 860 kilogram, tiga kali lipat berat rata-rata babi dewasa.

Setelah festival selesai, daging babi yang telah disembelih lalu dibawa pulang oleh pemiliknya dan dibagikan kepada teman, keluarga, dan tetangga.

Keluarga Tseng Jia-yun menghabiskan waktu selama tiga tahun untuk menggemukkan babi mereka, yang disembelih minggu lalu dengan berat 400 kilogram.

Pengorbanan itu memenuhi keinginan neneknya yang berusia 86 tahun.

"Sebagai seorang Hakka, saya bangga dengan budaya ini yang layak untuk dilestarikan," katanya kepada AFP, menggambarkan kekhawatiran kelompok pecinta hewan sebagai "omong kosong".

"Tidak ada kekejaman terhadap hewan, bertentangan dengan rumor yang beredar," tambahnya.

Ritual kuno yang dipoles"

Para aktivis hak hewan tidak setuju.

Mereka mengatakan babi dipaksa makan, seringkali diberi kandang kecil sampai-sampai hewan yang gemuk dengan tidak sehat tidak bisa bangun.

"Babi-babi itu sangat berat sehingga mereka bahkan tidak bisa berdiri," kata Lin Tai-ching, direktur Masyarakat Lingkungan dan Hewan Taiwan (EAST).

Lin telah mendokumentasikan festival "babi suci" ini selama 15 tahun terakhir dan berkata mulai terjadi banyak perubahan.

Jumlah pengunjung mulai menyurut dan jumlah babi yang ikut serta telah turun secara dramatis.

"Lima belas tahun yang lalu ada lebih dari 100 babi dalam kontes, dibandingkan dengan 37 babi pada tahun ini," katanya kepada AFP.

Jumlah hewan dengan berat lebih dari 600 kilogram juga anjlok, tambahnya.

Local residents look at fattened pig offerings during the 'fattest pig competition' to mark the annual ghost festival at Yimin temple in Hsinchu, northern Taiwan on September 7, 2020. - The annual ritual is a cultural cornerstone for the island's Hakka community, who make up about 15 percent of Taiwan's population. (Photo by Sam Yeh / AFP) / TO GO WITH Taiwan-lifestyle-religion-animal,FOCUS by Sean ChangBabi-babi yang dipamerkan dalam kandang di festival babi Suku Hakka di Taiwan pada tahun ini. (AFP/SAM YEH)

Dua instalasi tahun ini terdiri dari bungkusan beras yang dipajang dalam bentuk babi, tanda bahwa beberapa keluarga Hakka yang berpartisipasi menolak soal pengorbanan hewan.

Peneliti dan penduduk setempat mengatakan bahwa meski festival ini sudah berlangsung berabad-abad yang lalu, tradisi mengorbankan babi gemuk adalah fenomena yang lebih baru.

Suku Hakka adalah salah satu dari banyak kelompok etnis dari daratan China yang menetap di Taiwan selama beberapa ratus tahun terakhir.

Setiap musim panas, Kuil Hsinpu Yimin memperingati sekelompok anggota suku yang meninggal karena mempertahankan desa mereka selama periode pergolakan politik di akhir abad ke-18.

Namun, selama pendudukan kolonial Jepang di Taiwan pada awal abad ke-20, pengorbanan babi yang digemukkan masuk dalam agenda perayaan tersebut.

Ritual tersebut kemudian "dipoles" pada tahun 1980-an dan 1990-an dengan ukuran babi yang semakin membesar.

"Festival Yimin adalah untuk menghormati leluhur kami yang meninggal karena membela Tanah Air kami, sebagai bentuk kesetiaan dan persaudaraan," kata Tseng.

Lin dan aktivis hak hewan lainnya mengatakan mereka tidak memiliki keinginan untuk mengakhiri tradisi Hakka.

Sebaliknya mereka ingin melihat elemen festival yang lebih kejam "dijinakkan".

"Kami tidak menentang penyembelihan babi," katanya, "tetapi kami menentang kompetisi berdasarkan berat hewan."

(afp/ard)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER