Sungai Kapuas merupakan sungai yang ada di Provinsi Kalimantan Barat dan merupakan sungai terpanjang di Indonesia, yang alirannya mencapai 1.143 kilometer.
Demi sebagai upaya memberikan alternatif moda transportasi di sekitar Sungai Kapuas, Perum Damri Cabang Pontianak siap mengoperasikan bus sungai.
Bus sungai nantinya bakal melayani trayek Tugu Khatulistiwa, Kota Pontianak - Kubu Raya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Direktur Utama Perum Damri telah melakukan kunjungan kerja dan bertemu Gubernur Kalbar. Satu di antara hasil dari kegiatan tersebut bagaimana menghadirkan bus sungai," ujar General Manager Damri Cabang Pontianak, Yulianto, Sabtu (10/10), seperti yang dikutip dari ANTARA.
"Sejauh ini, untuk menghadirkan tersebut tentu butuh studi atau kajian. Kita juga telah melakukan koordinasi dan rapat ke pihak yang berwenang terutama pemerintah pusat, provinsi atau kota dan kabupaten terkait. Sejumlah upaya tentu tengah dipersiapkan agar bisa terealisasi," jelasnya.
Selain memberikan alternatif moda transportasi, bus sungai juga bisa menjadi sarana untuk wisatawan menikmati objek wisata yang ada di sekitar Sungai Kapuas, seperti Taman Alun - Alun Kapuas, Tugu Khatulistiwa, Keraton Kadariah dan Masjid Jami, yang merupakan bangunan sebagai bukti sejarah bermulanya Kota Pontianak.
"Jalur sungai yang dilewati adalah Sungai Kapuas. Sungai ini memiliki daya tarik tersendiri sebab selain sebagai sungai terpanjang di Indonesia, namun juga membelah Kota Pontianak. Banyak pesona yang bisa dinikmati melalui susur sungai," katanya.
Masyarakat sekitar menyebut Sungai Kapuas sebagai Sungai Kapuas Buhang atau Sungai Batang Lawai (Laue).
Aliran sungai ini bermula dari Pegunungan Muller dan bermuara di Selat Karimata (Laut China Selatan).
Sungai Kapuas menjadi habitat lebih 700 jenis ikan, dengan sekitar 12 jenis ikan langka dan 40 jenis ikan yang terancam punah. Potensi perikanan air tawar di sungai ini adalah mencapai 2 juta ton.
Masyarakat Suku Dayak dan Melayu yang bermukim di terpiannya amat bergantung pada Sungai Kapuas. Namun sayangnya, aktivitas penambangan emas dan perak di aliran sungai ini membuat pencemaran dan kerusakan lingkungan. Belum lagi hutannya yang lebih sering ditebang tanpa ditanam lagi.
(antara/ard)