Mendengar istilah 'gurun', ingatan pasti tertuju pada gurun-gurun besar di dunia, termasuk Gurun Sahara di Afrika nun jauh di sana.
Namun sebenarnya, turis Indonesia bisa menjelajah hamparan pasir luas ala Gurun Sahara dengan bertandang ke Pantai Parangkusumo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di sini terdapat fenomena alam unik berupa gumuk pasir (sand dunes). Embusan angin mampu mengukir pasir jadi bentuk maupun tekstur alami yang indah. Fenomena ini membuat Bantul memiliki julukan 'Sahara van Java'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi tidak cukup di Pantai Parangkusumo, jelajah di Yogyakarta musti dilengkapi dengan destinasi-destinasi wisata lain yang tak kalah menarik. Cek daftar berikut dan pastikan tidak melewatkannya.
![]() |
Terletak di perbatasan Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah, terdapat Candi Prambanan.
Mungkin dulu turis sempat berkunjung di zaman study tour semasa sekolah. Kini, kenapa tidak? Candi Hindu satu ini diakui dunia bahkan UNESCO memasukkannya jadi salah satu warisan peradaban dunia.
Bangunan candi memiliki perbedaan spesifik dengan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Bangunan jauh lebih ramping dan tinggi.
Kunjungan ke Candi Prambanan paling baik dilakukan saat pagi atau sore demi berfoto siluet dengan latar bangunan candi.
![]() |
Bergerak ke pusat kota, wisata di jalan Malioboro juga Keraton Yogyakarta tidak absen dari agenda wisatawan. Namun tidak ada salahnya mencoba hal berbeda dengan berkunjung ke Museum Sonobudoyo di Alun-alun Utara tepat di sebelah utara.
Di sini turis akan melihat aneka koleksi museum mulai dari kain batik, wayang, mainan tradisional, hingga benda-benda purbakala.
Lengkapi kunjungan di museum dengan menyaksikan pertunjukan wayang kulit pada Selasa-Minggu pukul 20.00 WIB.
Turis bakal merasakan sensasi menonton pertunjukan wayang kulit lengkap dengan iringan instrumen gamelan secara langsung.
![]() |
Kotagede jadi saksi kebesaran Kesultanan Pajang (1568-1586) di Jawa. Sepeninggalan Ki Gede Pemanahan, kemudian puteranya, Senapati Ingalaga menyulap desa kecil rintisan ayahnya menjadi kota yang besar dan kaya.
Meski hanya sebentar menjadi pusat kerajaan, polesan bernilai historis masih bisa turis nikmati hingga kini.
Turis bisa mengunjungi makam-makam Raja Mataram, Pasar Kotagede, Masjid Agung Kotagede, rumah tradisional, Kedhaton juga sisa-sisa benteng.
Di sini, turis pun bisa mengintip sentra pengrajin perak setempat. Kerajinan perak Kotagede layak dijadikan souvenir kunjungan ke Yogyakarta selain gantungan kunci atau kaus bertuliskan Malioboro.
Sejarah mencatat kisah heroik perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap penjajahan Belanda. Gua Selarong di Dusun Kembangputihan, Pajangan, Bantul, merupakan pusat komando pasukan Diponegoro.
Konon Belanda dibuat pusing karena gua mampu menyembunyikan Diponegoro dan pasukannya secara gaib. Tidak heran di hari-hari tertentu ada saja orang yang datang dengan tujuan spiritual.
![]() |
Eksotisme pantai tidak hanya didapat di Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo. Kawasan Kabupaten Gunung Kidul juga menyimpan banyak destinasi wisata pantai termasuk Pantai Baron. Pesona pasir putih dan aneka kuliner siap memanjakan para wisatawan.
Mengapa diberi nama 'Baron'? Masyarakat meyakini nama ini diambil dari seorang berkebangsaan Belanda, Baron Sekeber. Ia dikenal memiliki kesaktian tinggi dan pernah bertarung dengan Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram.
Wilayah pantai pun dulu dikenal sebagai gudang penyimpanan senjata karena letaknya yang strategis dan tersembunyi.
Di telinga generasi milenial, nama Pemandian Tirta Budi mungkin terasa asing. Mereka pasti lebih familiar dengan nama Blue Lagoon. Terletak di Desa Dalem, Widodomartani, Kabupaten Sleman, pemandian ini memang memiliki air yang jernih dan kebiruan.
Blue Lagoon merupakan kedung (kumpulan air) bentukan dari Belik Kluwih, salah satu mata air di Desa Dalem. Turis bisa berendam atau mandi di sini dengan pemandangan pepohonan yang masih asri dan sejuk.
Namun di musim hujan seperti ini, turis tidak akan mendapati warna biru air sebab kedung akan menyatu dengan aliran Kali Tepus.
Hanya saja, kunjungan di Blue Lagoon akan terbayar dengan kesejukan air, cicit burung plus nikmat sajian kuliner lokal.
![]() |
Hutan Pinus Mangunan barangkali bisa menjawab kebutuhan turis untuk menyepi dari keramaian ibukota sekaligus kebutuhan unggahan di media sosial.
Hamparan pohon pinus membuat turis serasa ditarik ke setting lokasi film Twilight. Di sini pun tersedia titik-titik lokasi 'Instagrammable' untuk berfoto.
Secara administratif, hutan ini terletak di Mangunan. Namun Hutan Pinus Mangunan juga disebut Hutan Pinus Imogiri karena letaknya tidak jauh dari situs makam-makam raja di Imogiri.
Turis bisa memuaskan kunjungan dari pagi hingga malam. Namun demi foto lebih ciamik, disarankan berkunjung saat sore.
![]() |
Selain hutan pinus, Mangunan juga menyimpan keindahan alam berupa Air Terjun Lepo. Jangan membayangkan air terjun tinggi dan debit air besar.
Air Terjun Lepo terbilang cukup rendah dengan debit air sedang. Namun di sini terdapat kolam-kolam hasil aliran air. Dengan kedalaman berbeda, turis bisa berenang atau sekadar berendam ditemani pemandangan alam yang indah.
Tidak jauh dari Hutan Pinus Mangunan, terdapat Puncak Becici. Pohon-pohon pinus di sini dijadikan penghasil komoditi terpentin yang digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik, campuran pelarut, antiseptik, kamper juga industri farmasi.
Potensi wisatanya pun tak kalah menarik. Puncak Becici menawarkan kesejukan udara sekaligus pemandangan lanskap hutan dengan latar Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Penikmat senja wajib mampir karena di sini aktivitas Sunset Seeing dilengkapi dengan gardu pandang dan hasilnya tidak akan mengecewakan.