Studi: Stres Kala Hamil Pengaruhi Perkembangan Otak Bayi

CNN Indonesia
Senin, 21 Des 2020 14:41 WIB
Studi terbaru menunjukkan bahwa stres selama kehamilan mungkin memiliki efek jangka panjang pada perkembangan otak anak.
Studi terbaru menunjukkan bahwa stres selama kehamilan mungkin memiliki efek pada perkembangan otak anak. (Istockphoto/Sasiistock)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tak dipungkiri bahwa kehamilan mendorong perubahan drastis pada tubuh dan pikiran yang kemudian membuat ibu merasa stres hingga cemas.

Sebagian besar ibu mulai merasakan tekanan luar biasa dan khawatir akan tuntutan besar yang ditimbulkan oleh kehamilan.

Ini semua sebenarnya hal normal, terutama di antara banyak ibu lainnya, dan ada berbagai cara bagi Anda untuk menghilangkan stres.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dan mengatasi stres ini penting karena saat Anda menjalani kehamilan, ada juga perubahan yang dialami tubuh Anda dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi.

Salah satu hal baru yang ditemukan para peneliti di antara wanita hamil adalah bagaimana tingkat stres dapat mempengaruhi perkembangan otak bayi mereka.

Studi baru dari eLife ini menunjukkan bahwa stres selama kehamilan mungkin memiliki efek jangka panjang pada anak.

Tim peneliti, yang dipimpin oleh University of Edinburgh, mengumpulkan sampel rambut dari 78 wanita hamil untuk mempelajari kadar kortisol mereka dalam tiga bulan sebelumnya.

Kortisol dikaitkan dengan respons tubuh terhadap stres, di mana semakin tinggi kadarnya, maka semakin tinggi stres yang dialami seseorang.

Cara ini sebenarnya adalah kali pertama para peneliti menggunakan kadar hormon kortisol ibu untuk mempelajari kaitan dengan perkembangan otak bayi. Ini juga berperan dalam pertumbuhan janin.

Studi ini juga melibatkan pemindaian otak bayi menggunakan Magnetic Resonance Imaging atau MRI saat mereka tidur.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa tingkat kortisol yang lebih tinggi di rambut ibu dapat dikaitkan dengan "perubahan struktural" pada amigdala bayi, area otak yang terlibat dalam perkembangan emosional dan sosial anak.

Para peneliti mengatakan ini mungkin menjadi alasan mengapa anak-anak yang ibunya memiliki tingkat stres yang tinggi selama kehamilan lebih cenderung memiliki masalah emosional saat mereka dewasa.

Mereka memaparkan bahwa penelitian tersebut tidak memasukkan analisis emosi anak-anak.

Oleh karena itu, para ahli menyarankan agar ibu yang merasakan stres berat atau menderita masalah kesehatan mental selama dan setelah kehamilan sebaiknya mencari bantuan dari orang yang mereka cintai atau dukungan profesional.

Studi tersebut juga menyoroti pentingnya mendukung kesehatan mental dan fisik ibu hamil untuk kesejahteraan mereka serta bayinya.

Tujuan lain dari temuan mereka adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang stres luar biasa yang dialami wanita hamil dan untuk membantu mengenali ibu dan bayi yang mungkin membutuhkan dukungan tambahan.

"Syukurlah, perawatan psikologis sangat berhasil dalam membantu ibu dan anak-anak dan kami berharap temuan kami dapat memandu terapi di masa depan untuk membantu mengenali mereka yang paling membutuhkan dukungan," kata Sarah Brown, Chair of Theirworld.

(agn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER