ANALISIS

Toilet Jorok: Kebiasaan Vs Kesehatan

CNN Indonesia
Kamis, 19 Nov 2020 18:57 WIB
Penyebab permasalahan toilet di Indonesia belum layak dilatari beberapa faktor, termasuk masalah akses sanitasi serta kesadaran individu.
Ilustrasi. Penyebab permasalahan toilet di Indonesia belum layak dilatari beberapa faktor. (Antara Foto/Rosa Panggabean)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peringatan Hari Toilet Sedunia menguak sebuah tanda tanya besar tentang kondisi toilet di Indonesia. Apakah semua orang Indonesia memiliki fasilitas toilet yang layak pakai? 

Permasalahannya, toilet layak sesungguhnya bukan masalah status atau ukuran kekayaan seseorang, tapi lebih dari itu, toilet layak berurusan dengan kesehatan. Jika tak punya toilet layak, setidaknya apakah mereka mendapat akses ke toilet layak atau maukah mereka memakai toilet layak?

Permasalahan toilet di Indonesia belum sepenuhnya rampung. Akses sanitasi layak baru mencapai 77,44 persen per tahun 2019, berdasarkan data Bappenas. Sementara akses sanitasi yang aman, hanya mencapai 7,5 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pakar urban sanitasi, I Nyoman Suartana mengungkapkan bahwa faktor penyebab permasalahan ini cukup beragam. Mulai dari infrastruktur hingga masalah perilaku dan kesadaran masyarakat yang terkait kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya.

"Masih ada sekitar 12 persenan yang tidak punya akses sanitasi layak. Masih ada yang buang air besar sembarangan (BABS), termasuk di kota-kota," papar Nyoman saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (19/11).

Nyoman lanjut memaparkan bahwa di satu sisi, hal ini dilatari oleh masalah infrastruktur yang belum memadai.

Di sisi lain, masalah perilaku juga menjadi faktor utama yang sulit diubah. Dasar perilaku tersebut dilatari beberapa hal, di antaranya masalah sosial, ekonomi, dan budaya.

"Misalnya, dengan budaya yang sudah sudah terbiasa ke sungai lalu susah ketika pindah ke toilet. Ada juga yang tidak punya tangki septik sehingga pembuangannya juga langsung ke sungai. Kemudian, kondisi sosial ekonomi yang kurang mampu pun menjadi faktor lain, terutama masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh," paparnya.

Selain itu, menurut Nyoman pemahaman masyarakat terkait sanitasi aman pun masih sangat kecil.

"Untuk menjamin sanitasi aman, harus punya toilet dan tangki septik. Lalu, rutin melakukan penyedotan setidaknya tiga tahun sekali untuk diolah ke instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)," paparnya.

Hanya saja, selama ini masyarakat banyak yang salah kaprah bahwa penyedotan tangki septik dilakukan ketika toilet tersumbat, penuh, dan rusak.

Padahal, penyedotan rutinlah yang menurut Nyoman penting untuk menjaga sanitasi tetap aman.

"Yang wajib adalah penyedotan terjadwal," katanya.

Perkara Toilet Umum

Terlepas dari latar belakang tersebut, permasalahan perilaku ini juga tampak belum teratasi bila berkaca pada kondisi toilet umum.

Tak jarang, toilet umum ditemui dalam kondisi yang bau dan kotor.  Sekalipun, ingin mendapati yang bersih, pengguna harus mengeluarkan kocek lebih dalam.

Misalnya, pada salah satu pusat perbelanjaan di bilangan Karawaci, Tangerang, terdapat fasilitas toilet premium. Di sana, pengunjung dapat menggunakan toilet dengan membayar Rp7.500, cukup mahal dengan tarif toilet umum biasanya yang berkisar Rp2.000.

Namun, fasilitas yang disuguhkan memang lebih mumpuni. Mega, ibu rumah tangga yang pernah menjajal toilet itu mengatakan bahwa kebersihan dan wangi toilet memang terjamin.

Women wearing white sleepwear, Sitting on the toilet Hand holding the tissue, health care conceptIlustrasi. (iStockphoto/patchanan promunat)

Bahkan, sebelum masuk ke toilet akan disambut resepsionis di depan pintu.

"Ada air mineralnya di dalam, jadi bisa ambil buat minum. Dan resepsionisnya rapi banget, tapi habis itu disuruh bayar Rp7.500 dan dikasih tiket," tuturnya.

Mega menambahkan, "Desain toiletnya memang estetik dan mewah. Lebih tertata dibanding toilet umum biasa. Dan begitu kita selesai, langsung segera dibersihin lagi toiletnya."

Dia mengaku, bahwa kala menggunakan toilet tersebut karena sudah kebelet dan tidak tahu kalau itu merupakan toilet premium yang berbayar cukup mahal.

Pada dasarnya, Nyoman menilai bahwa persoalan toilet umum kotor atau tidak ini sebenarnya berkaitan dengan rasa kepedulian dan kesadaran pengguna.

Sebagian merasa punya hak untuk semaunya, termasuk tak bertanggung jawab pada kebersihan toilet, karena merasa sudah bayar atau ada yang merawat. Tak ayal, pemikiran itu yang lantas membuat toilet umum lebih sering ditemui dalam keadaan kotor.

"Masyarakat senang gunakan toilet di mall yang selalu bersih karena ada perawatan, meskipun ada yang gratis, tapi sebenarnya dengan belanja di sana sudah termasuk kita bayar," katanya.

"Tetapi begitu di pasar atau tempat seperti rest area dan lainnya, tampak tidak terawat. Ini bisa terjadi karena mungkin jumlah pengguna lebih besar daripada petugas yang membersihkan."

Dari hal ini, menurut Nyoman, yang perlu digarisbawahi adalah kebiasaan masyarakat harus mulai diubah dengan tidak selalu mengandalkan petugas.

"Misal siram dengan baik dan tidak buang sampah sembarangan, sehingga toilet tetap bersih. Pikirkan pengguna lain juga," ujar Nyoman.

Di sisi lain, fasilitas yang tidak mendukung juga kerap menjadi tantangan toilet umum.

"Airnya mati, tempat sampah tidak ada, penerangan kurang, jadi ini juga yang perlu diperhatikan," tambahnya.

Ke depannya, Nyoman berharap permasalahan akses sanitasi, termasuk toilet umum dapat diatasi dengan upaya penyelesaian bersama, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta masyarakat.

Karena, dampak dari permasalahan ini bisa berpengaruh ke berbagai aspek. Pencemaran lingkungan, dampak kesehatan, juga kerugian ekonomi.

"Kalau tidak ada sinergi, ini akan terus menerus menjadi tantangan," katanya.

(agn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER