Studi: 1 dari 3 Anak Positif Covid-19 Tak Bergejala

CNN Indonesia
Sabtu, 12 Des 2020 07:31 WIB
Studi terbaru menemukan, 1 dari 3 anak positif Covid-19 tak melaporkan gejala klinis. Namun, banyak dari mereka yang mengalami anosmia.
Ilustrasi. Studi terbaru menemukan, 1 dari 3 anak positif Covid-19 tak melaporkan gejala klinis. (iStockphoto/FamVeld)
Jakarta, CNN Indonesia --

Banyak anak dengan Covid-19 terhindar dari komplikasi serius. Studi terbaru bahkan menemukan 1 dari 3 anak yang terinfeksi virus corona justru sama sekali tak menimbulkan gejala.

Kelompok anak memang jadi perhatian khusus para peneliti dan pembuat kebijakan. Kelompok anak disebut juga sebagai pembawa SARS-CoV-2 secara diam-diam.

Penelitian di Kanada menjadi salah satu studi yang memberikan gambaran jelas soal hal tersebut. Mereka menemukan, sepertiga anak-anak yang didiagnosis Covid-19 tidak menunjukkan gejala. Angka ini berbeda dengan perkiraan sebelumnya yang menunjukkan sekitar 16 persen anak dengan Covid-19 merupakan pasien asimptomatik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi melibatkan lebih dari 2.400 anak yang didiagnosis positif Covid-19 dalam rentang waktu April hingga September 2020. Hasilnya, lebih dari 35 persen anak yang terinfeksi tak melaporkan adanya gejala.

Gejala batuk, pilek, dan sakit tenggorokan justru lebih umum terjadi pada anak yang dinyatakan negatif Covid-19.

Sementara gejala hilangnya fungsi penciuman dan pengecap rasa ditemukan tujuh kali lebih tinggi terjadi pada anak yang dinyatakan positif Covid-19 daripada mereka yang negatif. Hilangnya fungsi penciuman dan pengecap rasa bisa dijadikan salah satu patokan indikasi Covid-19 pada anak.

"Tak memiliki gejala tidak berarti bahwa seorang anak aman dan tidak menularkan ke teman sekelas lainnya," ujar penulis studi sekaligus ahli penyakit dalam dari University of Alberta, Kanada, Finlay McAlister, melansir Huffington Post.

Penemuan ini, lanjut McAlister, menekankan pentingnya penggunaan masker pada anak, menjaga jarak fisik, dan sering mencuci tangan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa langkah-langkah screening yang dilakukan banyak sekolah tak terlalu efektif untuk mengatasi penyebaran virus. Dengan banyaknya anak positif Covid-19 asimptomatik, screening seperti pengecekan suhu tubuh tak bisa menjamin apa-apa.

Sebagaimana diketahui, kini sejumlah sekolah di beberapa negara telah membuka kembali proses belajar mengajar tatap muka. Indonesia sendiri berencana memulai proses belajar tatap muka pada awal 2021 mendatang.

(asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER