Mau tidak mau, pandemi juga membawa dampak terhadap masalah kesehatan anak. Akses anak terhadap layanan kesehatan dan asupan gizi jadi terganggu.
Survei yang dilakukan Save the Children (SC) di Indonesia menemukan, sebanyak 52 persen anak sulit mendapatkan bahan makanan sehingga variasi makanan berkurang. Sebanyak 75 persen orang tua mengalami penurunan kesehatan mental ditambah 86 persen sulit mengakses layanan kesehatan.
Senior Program Manager Health SC Indonesia, Wahdini Hakim mengungkapkan kekhawatirannya akan meningkatnya risiko stunting dan anemia di Indonesia akibat hal tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dini melihat keduanya, baik stunting dan anemia, semakin memburuk. Sulitnya akses gizi selama pandemi dapat meningkatkan risiko tersebut.
"Mungkin ini [stunting] akan memburuk di 2020 karena pandemi. Ini kami pantau, posyandu banyak yang tidak berfungsi semestinya. Banyak tantangan untuk memastikan tumbuh kembang sesuai dengan seharusnya," katanya.
Tapi, tak hanya stunting, anemia juga jadi salah satu hal penting yang patut jadi perhatian. Anemia, sebut Dini, berkontribusi terhadap kasus stunting.
Perempuan, utamanya ibu hamil dan perempuan dalam masa reproduksi, rentan mengalami anemia. Dini mengatakan, anemia berakar dari buruknya pola makan, konsumsi suplemen penambah darah, dan jaminan situasi gizi.
"Di masyarakat kita, konsumsi berasnya tinggi, sedangkan konsumsi protein hewani kurang. Namun beruntungnya, ibu punya purchasing power untuk membeli bahan makanan. Nah tapi perspektif ibu bukan makanan sehat, dan ini bisa berdampak ke kesehatan keluarga," jelasnya.
(els/asr)