Banyak program diet penurunan berat badan menyarankan asupan tinggi protein. Namun, asupan protein yang terlalu tinggi dapat menimbulkan sejumlah efek samping.
Sebut saja diet paleo yang tinggi protein. Diet ketogenik, meski menekankan pada asupan lemak, juga bisa tinggi protein.
Protein adalah bagian penting dari diet sehat yang membantu menjaga kesehatan otot, tulang, dan organ-organ tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:7 Jus Sayur dan Buah yang Bantu Bakar Kalori |
Selain itu, diet tinggi protein juga telah terbukti membantu mengurangi asupan lemak, menurunkan berat badan, meningkatkan rasa kenyang, dan mempertahankan kekuatan otot.
Namun, diet tinggi protein juga dikaitkan dengan sejumlah risiko yang jarang disadari. Ahli nutrisi tidak menganjurkan konsumsi protein yang melebihi kebutuhan harian yang disarankan.
Jumlah protein harian yang direkomendasikan dapat dihitung berdasarkan berat badan. Para ahli merekomendasikan konsumsi rata-rata harian minimal 0,8 gram protein per kilogram berat badan.
Jika Anda teratur berolahraga selama lebih dari satu jam per hari dalam sepekan, Anda dapat mengonsumsi 1,2-1,7 gram protein per kilogram berat badan.
Secara umum, para ahli juga percaya bahwa sebagian besar orang dewasa sehat dapat mentolerir makan 2 gram protein per kilogram berat badan.
Nutrisi apa pun, jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih, bakal menimbulkan sejumlah risiko atau efek samping. Berikut beberapa hal yang bisa terjadi akibat terlalu banyak konsumsi protein, melansir Healthline.
Diet tinggi protein memang dapat menurunkan berat badan. Namun, jenis penurunan berat badan ini bersifat jangka pendek.
Kelebihan protein yang dikonsumsi umumnya disimpan sebagai lemak, sedangkan kelebihan asam amino dikeluarkan. Hal ini dapat menyebabkan penambahan berat badan seiring waktu, terutama jika Anda mengonsumsi terlalu banyak kalori saat mencoba meningkatkan asupan protein.
Sebuah studi menemukan, berat badan dapat bertambah secara signifikan dengan konsumsi protein yang menggantikan karbohidrat.
![]() |
Konsumsi protein terlalu banyak dapat menyebabkan bau mulut. Utamanya jika Anda membatasi asupan karbohidrat.
Sebuah studi menemukan, 40 persen peserta melaporkan bau mulut akibat terlalu banyak makan protein. Hal ini diduga terjadi akibat tubuh yang memasuki kondisi ketosis, yang menghasilkan bahan kimia yang mengeluarkan bau tak sedap.
Namun, menyikat gigi tak akan menghilangkan bau. Hilangkan bau dengan meningkatkan asupan air dan mengunyah permen karet.
Dalam studi yang sama, 44 persen peserta melaporkan sembelit akibat terlalu banyak mengonsumsi protein. Diet tinggi protein yang membatasi asupan karbohidrat umumnya rendah serat sehingga memicu sembelit.
Terlalu banyak konsumsi produk susu atau olahannya, ditambah dengan kekurangan serat, bisa menyebabkan diare. Utamanya bagi Anda yang mengalami intoleransi laktosa atau mengonsumsi sumber protein seperti daging, ikan, dan ayam.
Lihat juga:Menilik Manfaat Minum Saffron untuk Diet |
Tubuh membuang kelebihan nitrogen. Kondisi ini menimbulkan dehidrasi meski Anda tak merasa haus.
Sebuah studi kecil menemukan, saat asupan protein meningkat, tingkat hidrasi justru menurun.
Asupan tinggi protein dapat menyebabkan kerusakan ginjal pada orang dengan penyakit ginjal yang sudah ada sebelumnya.
Hal tersebut disebabkan oleh nitrogen berlebih yang ditemukan dalam asam amino penyusun protein. Ginjal yang rusak harus bekerja lebih keras untuk membuang nitrogen dan produk limbah metabolisme protein.
Studi menunjukkan, diet protein tinggi yang berbasis daging merah dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan seperti kanker dan penyakit jantung.
Konsumsi lebih banyak daging merah dan olahannya dikaitkan dengan kanker kolorektal, kanker payudara, dan kanker prostat. Sebaliknya, konsumsi protein dari sumber lain justru dapat meningkatkan risiko kanker.
Asupan tinggi protein daging merah juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, karena kandungan lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi.
(asr)