Ibu hamil rentan mengalami anemia. Kondisi tersebut dapat menempatkan ibu hamil dalam bahaya.
Ahli gizi FKUI, Nurul Ratna Mutu Manikam mengatakan, anemia masih jadi pekerjaan rumah buat Indonesia. Penyakit satu ini sama sekali tak boleh disepelekan, khususnya jika dialami oleh ibu hamil.
Pada Riskesdas 2013, prevalensi ibu hamil dengan anemia tercatat sebanyak 37,1 persen. Angka meningkat pada 2018 menjadi 48,9 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Dokter: Tak Perlu Takut Hamil Selama Pandemi |
"Setelah dilihat, jumlah ibu hamil dengan anemia 6 persen usia muda. Ada kemungkinan ibu belum mempersiapkan kehamilan, kurang edukasi, pemahaman kurang sehingga berpikir yang penting makan cukup, tanpa memikirkan zat besi," kata Nurul dalam webinar, Kamis (17/12).
Jika ibu hamil mengalami anemia, terutama yang disebabkan kekurangan zat besi, dampaknya tidak hanya pada ibu, tetapi juga pada bayi yang dikandungnya. Berikut beberapa bahaya anemia pada ibu hamil.
Ibu hamil memang tak jarang merasa lelah, apalagi saat usia kandungan sudah tua. Namun, anemia bisa memperburuk kelelahan tersebut.
Ibu mengalami pendarahan lebih banyak saat melahirkan, diikuti kondisi haemoglobin yang turun drastis.
Pembesaran otot jantung, dikatakan Nurul, sebenarnya merupakan efek mekanisme tubuh secara otomatis. Saat kandungan zat besi sedikit, sel darah merah jadi tidak sempurna dan fungsi mengangkut oksigen jadi menurun.
Padahal, sel-sel tubuh memerlukan pasokan oksigen. Akibatnya, saat kandungan zat besi kurang, jantung berusaha keras memompa agar kebutuhan oksigen terpenuhi.
Selain itu, anemia juga bisa membuat itu hamil mengalami keluhan pada jantung dan pembuluh darah seperti jantung berdebat dan tekanan darah turun.
Ibu dengan anemia berisiko melahirkan secara prematur. Bayi yang dilahirkan juga berisiko lahir dengan berat badan rendah atau kurang dari 2,5 kilogram.
Upayakan pemenuhan kebutuhan zat besi dari konsumsi pangan yang mengandung zat besi tinggi. Zat besi bisa didapat dari sumber hewani seperti hati sapi, daging merah, kuning telur, daging ayam atau bebek, ikan, dan makanan laut lainnya.
Anda juga bisa memenuhi kebutuhan zat besi dari sumber nabati seperti kacang-kacangan, sayuran hijau, dan biji-bijian.
"Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, baik mengonsumsi vitamin C atau asam askorbat dari jus buah, sayur," imbuh Nurul.
(els/asr)