Ada kalanya seorang anak bertingkah layaknya bayi. Beberapa faktor menyebabkan seorang anak bertingkah seperti bayi.
Anak bisa saja tiba-tiba ingin selalu ditemani saat tidur atau bahkan mengisap jempolnya tak ubahnya bayi. Kondisi ini dikenal dengan istilah regresi, atau saat seseorang berperilaku mundur atau tidak sesuai dengan usianya saat ini.
Pada anak, regresi umumnya disebabkan oleh stres dan kecemasan. Sejumlah psikolog mengatakan bahwa semua anak, termasuk juga orang dewasa, dapat mengalami kemunduran perilaku saat stres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak-anak yang stres hampir selalu mengalami kemunduran," ujar psikolog anak, Laura Markham, melansir Today. Regresi menandakan bahwa anak tak mampu mengatasi stres dengan cara yang lebih tepat.
Di masa pandemi virus corona ini, bentuk regresi pada anak dirasa wajar. Pasalnya, tak hanya orang tua, anak-anak juga bisa mengalami stres dan kecemasan akibat situasi serba tak pasti di masa pandemi ini.
"Beberapa anak lebih ingin orang tuanya selalu ada, selalu menangis saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan," ujar Markham mencontohkan.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua saat anak mulai mengalami regresi, seperti berikut.
Lihat juga:5 Cara Bantu Anak Hadapi Rasa Takut |
Sediakan waktu untuk meningkatkan koneksi dengan anak. Ciptakan waktu khusus untuk dihabiskan bersama. Ciptakan momen yang bisa membuat anak tertawa dan meringkuk bersama Anda sambil membiarkan mereka bercerita tentang berbagai keluh kesahnya.
Banyak orang tua tergoda memarahi anak-anak mereka yang bertindak tidak sesuai usianya. Namun, para ahli jelas melarangnya.
Kenali kemunduran atau regresi sebagai tanda stres dan berikan dukungan Anda untuk mereka. Anda harus memahami cara anak mengkomunikasikan stres saat mereka tak bisa menjelaskannya dengan kata-kata.
Tak semua regresi tampak seperti rengekan bayi. Anak yang terlihat lebih agresif dari biasanya juga bisa menjadi tanda regresi.
"Jika anak Anda menjadi agresif, ingat-lah bahwa itu adalah isyarat yang diberikan mengenai ketakutannya yang tersembunyi," ujar Markham.
Jangan terpancing dengan sikap agresif anak dengan memarahinya. Sebaliknya, gunakan empati Anda untuk kembali menciptakan rasa aman sehingga mereka dapat menunjukkan perasaannya dengan cara yang lebih lembut.
Terus berada di dalam rumah bisa membuat anak semakin stres. Ajak anak melakukan kegiatan di luar rumah, seperti terlibat dalam permainan tertentu atau berolahraga santai.
Gerakan dan suasana alam dapat membantu menstabilkan manusia secara emosional, termasuk pada anak.
(asr)