Pengelola tempat wisata terpopuler di India, termasuk Taj Mahal dan Kuil Meenakshi, telah berjanji untuk membantu mengatasi bocah yang berdagang dan mengemis sebagai bagian dari inisiatif anti-pekerja anak yang diluncurkan pada awal bulan ini.
Ribuan anak menyemir sepatu, menyajikan teh atau menjual makanan ringan dan pernak-pernik di sekitar tempat ziarah dan wisata populer, kata Komisi Nasional Perlindungan Hak Anak (NCPCR) saat meluncurkan kampanye "tanpa toleransi" itu.
Ketua NCPCR Priyank Kanoongo mengatakan organisasi tersebut baru-baru ini melakukan survei yang melibatkan 200 ribu anak jalanan, menambahkan bahwa pandemi virus Corona telah mengancam mereka pada risiko eksploitasi oleh geng terorganisir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Survei tersebut menemukan antara lain, anak-anak yang dipaksa bekerja untuk makan setiap harinya, dengan bekerja dengan pedagang kaki lima sampai mengemis," kata Kanoongo kepada Thomson Reuters Foundation, Kamis (4/2).
Rencana aksi yang sedang disusun di 50 objek wisata ini akan sangat penting dalam menangani pengemis dan pekerja anak, tambahnya.
Sekitar 175 ribu anak di India telah diselamatkan dari jalanan sejak 2016 sebagai hasil dari serangkaian kampanye untuk mengatasi pekerja anak dalam beberapa tahun terakhir, data pemerintah menunjukkan.
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan ada sekitar 10 juta pekerja berusia antara lima dan 14 tahun di India, dan aktivis hak anak menyambut baik inisiatif baru tersebut.
"Jaringan pengemis sangat aktif di tempat-tempat ini, memanfaatkan sentimen penduduk India untuk melakukan amal begitu mereka keluar setelah shalat," kata Andrew Sesuraj, penyelenggara amal Tamil Nadu Child Rights Watch.
"Perdagangan gadis muda juga umum terjadi di tempat-tempat ini, sehingga intervensi apa pun yang akan melindungi anak-anak diterima dengan baik. Inisiatif ini berpotensi menciptakan intervensi yang dapat ditiru di kawasan lain," tambahnya.
(reuters/ard)