Ia menjelaskan kalau manajemen hotelnya akan fokus pada layanan yang berkonsep holistik, sehingga hotel tak hanya menjadi bangunan tempat orang menginap, tapi juga suaka bagi turis yang mendambakan kedamaian hati dalam perjalanan wisatanya.
Membuka hotel, kata Wahyu, sama susahnya dengan menutup hotel. Ada pertimbangan dana dan tanggung jawab terhadap SDM.
Oleh karena itu perencanaan yang matang sangat diperlukan saat mengoperasikan hotel lagi pascapandemi yang disebut lebih berdampak buruk dari momen krisis finansial 2008, bom Bali, sampai meletusnya Gunung Agung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengelola harus kreatif untuk terus mengoperasikan hotelnya. Saat ini ada tren work from destination dan staycation dari turis domestik, mengapa tidak kita manfaatkan itu. Tinggal bagaimana membuat hotelnya jadi senyaman mungkin bagi tamu. Dalam hal ini manajemen hotel saya fokus terhadap konsep holistik, well being," ujarnya.
Wahyu merasa senang begitu membaca berita bahwa tiga kawasan di Bali, yakni Ubud, Sanur, dan Nusa Dua, akan dibuka kembali untuk turis domestik dan mancanegara pada 17 Agustus 2021.
Ia juga bisa sedikit mengurangi kekhawatirannya jika hotel-hotelnya kembali beroperasi, karena saat ini telah ada program vaksinasi untuk pekerja wisata di Bali.
Selain berterimakasih kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang sudah bekerja keras mengusahakan pembukaan gerbang pariwisata di provinsi yang amat bergantung pada pariwisata ini, Wahyu sekaligus mengingatkan bahwa ada tanggung jawab yang lebih besar setelah Bali dibuka.
"Saya menginginkan pemerintah memiliki prosedur yang jelas dan tegas tentang bagaimana cara turis mancanegara bisa datang lagi. Ketersediaan fasilitas medis yang mumpuni juga perlu. Apa syarat masuknya, berapa lama dan di mana mereka akan dikarantina. Dan tentu saja aturan-aturan tersebut harus bebas pungli sehingga yang datang juga merasa tidak disulitkan," kata Wahyu.
Tak hanya kepada pemerintah, Wahyu juga berharap penghuni Pulau Dewata ikut bersiap menerima kedatangan turis mancanegara, salah satunya dengan mematuhi protokol kesehatan seperti mengenakan masker, mencuci tangan, dan melakukan jarak fisik.
Sesuai anjuran CHSE dari Kemenparekraf, Wahyu mengatakan saat ini sebagian besar tempat di Bali pun sudah menerapkan aturan 'No Mask, No Service' alias tak akan dilayani jika tak memakai masker. Warga lokal bisa lebih patuh, namun beberapa pendatang asing masih saja melanggarnya.
"Karena bukan hanya vaksinasi, jumlah kasus penularan serta kematian akibat virus Corona di Bali juga harus turun demi menumbuhkan rasa kepercayaan internasional," pungkas Wahyu.
(ard/ard)