Selama bulan Ramadan 2021, CNNIndonesia.com menghadirkan tanya jawab seputar Islam (Tajil). Kali ini, tanya jawab seputar Islam membahas tentang berpacaran dan memilih pasangan dalam sudut pandang Islam.
Tanya
Bagaimana Islam memandang berpacaran?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jawab
Narasumber: Menteri Agama Indonesia 2014-2019, Lukman Hakim Saifuddin
Ass. Wr. Wb.
Bolehkah berpacaran dalam Islam? Dan bagaimana memilih teman hidup?
Terhadap pertanyaan ini, tentu kita harus memahami dengan apa yang dimaksud pacaran itu. Apa pengertian kita dengan pacaran, karena pacaran memiliki persepsi yang beragam di kalangan kita.
Namun, di tengah keragaman pemahaman tentang pacaran, hakikat pacaran itu seperti yang kita pahami adalah sebuah proses pengenalan antara dua orang yang akan menuju jenjang perkawinan untuk membangun rumah tangga sebagai suami istri.
Maka dengan pengertian seperti itu, yang hakikatnya pengenalan diri pada satu dengan yang lain, kita teringat dengan hadis Rasul yang mengatakan,
Rasul pernah mengatakan, ketika seseorang akan menikahi perempuan, itu terkait dengan empat hal, yaitu hartanya, latar belakangnya, kondisi fisiknya termasuk kesehatan, dan agamanya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi SAW bersabda:
تُنْكَحُ اَلْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ : لِمَالِهَا , وَلِحَسَبِهَا , وَلِجَمَالِهَا , وَلِدِينِهَا , فَاظْفَرْ بِذَاتِ اَلدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Artinya:
"Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi." (HR. Bukhari-Muslim)
Yang dimaksud agama pasangan kita adalah bagaimana cara pandangnya, sikap dia, dan praktik-praktik keagamaan calon pasangan perlu dikenali dengan baik.
Mengapa hal ini perlu?
Karena dengan kita mengenali hal itu, terutama terkait agama, ini akan menjadi fondasi yang kokoh dalam kita membangun rumah tangga.
Karena dalam Islam, rumah tangga harus diperkuat dengan fondasi yang kokoh dengan nilai-nilai agama, karena pernikahan itu peristiwa sakral yang sangat agamis dan berorientasi pada nilai-nilai keagamaan.
Maka saat kita hendak berkenalan dan memilih pasangan hidup kita, proses pengenalan ini dilakukan dengan baik, tidak sekadar jalan-jalan atau makan minum bersama.
Itu penting sebagai medium, tapi yang lebih penting adalah proses pengenalan diri antara satu dengan yang lain.
Demikian Wass. Wr. Wb.
(agn)