Konsumsi daging merah biasanya akan meningkat pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Suguhan seperti rendang, semur, opor ayam, ketupat, hingga kue-kue kering jadi menu andalan ketika Lebaran.
Hanya saja, setelah berpuasa selama satu bulan, momen ini seringkali justru membuat diri tidak terkendali dalam mengonsumsi sajian istimewa, termasuk masakan daging.
Namun, sebelum itu terjadi, Anda sebaiknya mengetahui segala hal tentang daging merah termasuk batasan konsumsinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daging merah adalah segala sesuatu yang berwarna merah saat mentah dan tetap berwarna gelap setelah dimasak. Menurut NHS US, daging merah meliputi daging sapi, domba, hingga kambing.
Ahli gizi dari BikeRumor, Jessica Bartlett mengatakan bahwa daging kaya akan protein, dan diet seimbang membutuhkan ini untuk menjaga tubuh yang sehat menciptakan bahan kimia yang disebut asam amino.
"Mengalami cedera, atau perlu pemulihan setelah latihan, atau hari yang melelahkan di kantor? Asam amino ada untuk membangun dan memperbaiki otot dan tulang Anda dengan membuat hormon dan enzim," papar Bartlett, seperti dikutip Metro UK.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pada tingkat paling dasar daging merah memang menyediakan energi bagi tubuh.
Namun, karena ada banyak bentuk makanan lain yang mengandung protein seperti tahu, buncis, dan kacang-kacangan lainnya, telur, Anda sebaiknya tidak bergantung hanya pada daging.
"Saat mengurangi daging dalam pola makan, seharusnya tidak ada perubahan berarti dalam tubuh Anda, karena Anda akan menggantinya dengan makanan berprotein tinggi lainnya," tambahnya.
Ahli gizi dan penulis, Rhiannon Lambert mengatakan bahwa memasukkan beberapa daging merah segar dan unggas berkualitas baik ke dalam makanan Anda masuk akal karena merupakan sumber protein, dan mineral serta vitamin yang hebat termasuk zat besi, seng, dan vitamin B.
"Tapi daging merah seperti daging sapi, domba, dan kambing juga mengandung lemak jenuh," kata Rhiannon seraya menambahkan, "dan penelitian telah mengaitkan asupan tinggi ini dengan peningkatan kadar kolesterol, faktor risiko penyakit jantung."
Sepakat dengan hal ini, Bartlett mengungkapkan bahwa daging merah dan olahan ditemukan memiliki kaitan langsung dengan kanker usus.
"Penelitian saat ini menunjukkan hal itu disebabkan oleh bahan kimia alami yang ditemukan dalam daging merah," katanya.
"Ini tidak merusak seperti merokok, tetapi dalam jumlah besar bisa sangat berbahaya."
The World Cancer Research Fund (WCRF) menyarankan orang dewasa untuk makan sedikit atau tidak sama sekali daging olahan dan hingga 350 gram -500 gram berat daging merah yang dimasak setiap minggunya. Sementara pedoman Inggris menyarankan tidak lebih dari 70 gram secara total setiap hari.
"Temuan yang lebih baru menyimpulkan bahwa makan 76 gram setiap hari - sekitar tiga potong ham - masih dapat meningkatkan risiko kanker, meskipun faktor pola makan dan gaya hidup secara keseluruhan juga penting," kata Rhiannon.
"Daging bisa menjadi sumber utama lemak jenuh dan garam (bergantung pada jenis daging) dalam makanan. Dengan mencoba mengganti daging dengan pilihan nabati seperti kacang-kacangan, Anda mungkin dapat meningkatkan konsumsi serat dalam makanan."
Rhiannon menambahkan bahwa meningkatkan konsumsi bahan makanan dari tumbuhan dapat bermanfaat seperti peningkatan kesehatan pencernaan dan penurunan risiko penyakit jantung dan kanker usus.
(agn)