Masjid Agung An-Nur, 'Taj Mahal' di Jantung Pekanbaru

Ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru, punya Masjid Agung An-Nur, yang keindahannya kerap disandingkan seperti Taj Mahal di India.

Dibangun pada 1963 dan rampung selama lima tahun, arsitektur Masjid Agung An-Nur yang merupakan karya Ir. Roseno merupakan hasil perpaduan empat budaya, yakni budaya Melayu, Arab, Turki, dan India.

Pada tahun 1960-an, Kota Pekanbaru ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Riau.

Di saat yang sama, sejumlah infrastruktur berupa jalan raya, gedung perkantoran, dan pemukiman penduduk dibangun untuk memfasilitasi kota ini, termasuk Masjid Agung An-Nur.

Masa pembangunannya yang cukup lama memang melewati dua masa kepemimpinan gubernur Riau, yaitu kepemimpinan gubernur kedua, Kaharuddin Nasution hingga gubernur ketiga, Arifin Achmad.

Masjid Agung An-Nur yang berada di atas lahan seluas 80 ribu meter persegi ini sempat direnovasi pada tahun 2000 bertepatan dengan masa kepemimpinan Gubernur Riau Saleh Djasit.

Walau bentuknya sekilas mirip Taj Mahal, namun tempat ibadah ini tetap memiliki unsur Melayu, salah satunya dengan area beranda yang tak banyak dimiliki masjid di India bahkan Arab Saudi.

Area beranda sangat khas dalam arsitektur rumah panggung dalam tradisi Melayu.

Empat menara pada masjid ini menggambarkan empat sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Sementara itu, lima kubahnya melambangkan lima rukun Islam yang menjadi pedoman hidup bagi umat beragama Islam.

Sebelum pandemi virus Corona, Masjid Agung An-Nur yang berkapasitas hingga 4.500 jemaah ini ramai didatangi oleh umat Muslim yang ingin beribadah atau wisata religi.

Terdapat taman di sekitar masjid, salah satu area taman ditumbuhi pohon kurma yang kadang berbuah, namun sayangnya tak boleh dipetik sembarangan oleh pengunjung demi menjaga kelestariannya.