Kian Tersingkir, Teh Indonesia Riwayatmu Kini

CNN Indonesia
Minggu, 30 Mei 2021 07:37 WIB
Meskipun masyarakat Indonesia akrab dengan teh, tapi menurut pakar itu belum diimbangi dengan keinginan untuk memahami dan menikmati teh yang berkualitas.
Ilustrasi. Meskipun masyarakat Indonesia akrab dengan teh, tapi menurut pakar itu belum diimbangi dengan keinginan untuk memahami dan menikmati teh yang berkualitas. (Pixabay/Skitterphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kuliner selalu bisa jadi perekat antar insan salah satunya teh. Buat masyarakat Indonesia, rasanya ini minuman yang lazim ditemui di semua rumah tangga, bahkan teh kerap jadi sajian saat menjamu tamu.

Indonesia jadi negara pertama di luar Asia Timur yang mengkultivasi teh. Teh kali pertama masuk Indonesia sekitar 1600 dan berhasil dikultivasi pada akhir 1700. Oza Sudewo, Indonesian Tea Specialist, menuturkan teh asal Indonesia cukup diperhitungkan di masa kolonial.

Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) kala itu menguasai perdagangan Hindia Belanda dan membawa hasil sumber daya alam Nusantara ke dunia luar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Teh asal Indonesia itu istimewa," ujar Oza kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Teh memang jadi bagian hidup masyarakat Indonesia. Dari polling yang diinisiasi CNNIndonesia.com lewat media sosial belum lama ini, lebih dari separuh responden mengaku sebagai 'Tim Teh' (53,7 persen), sedangkan lainnya merupakan 'Tim Kopi' (46,3 persen). Yang lebih mengejutkan, lebih dari 90 persen responden mengaku lebih memilih teh lokal daripada teh impor.

Kemudian mayoritas responden (65,2 persen) mengaku lebih suka minum teh celup daripada teh tubruk. Sedangkan dari sisi penyajian, sebagian besar responden memilih menikmati es teh (54,1 persen) daripada teh panas. Pun teh lebih disukai saat disajikan dengan pemanis (63,8 persen).



Meskipun masyarakat Indonesia terlihat akrab dengan teh, tapi Oza melihat keakraban ini tidak diimbangi dengan keinginan untuk memahami dan menikmati teh yang berkualitas. Masyarakat, lanjutnya, belum sampai pada pilihan untuk mengapreasiasi teh.

Dia menjelaskan teh memiliki tingkatan kualitas, sama seperti kopi. Ada kelompok teh reguler, industri hingga specialty.

Dari polling terlihat mayoritas responden memilih teh lokal. Mungkin teh lokal ini sudah dianggap cukup nikmat ditambah harga terjangkau. Padahal, kata Oza, masyarakat Indonesia sebenarnya dihadapkan pada teh 'afkiran' alias kualitas rendah.

"Perhatikan saja, serbuk teh masih ada batangnya, seperti semua masuk di situ," imbuhnya.

Ilustrasi Teh CelupDari polling yang diinisiasi CNNIndonesia.com lewat media sosial belum lama ini, lebih dari separuh responden mengaku sebagai 'Tim Teh' (53,7 persen). (Pixabay/langll)

Senada dengan Oza, Rachmad Gunadi, Ketua Dewan Teh Indonesia, mengatakan teh yang dijual di dalam negeri bukan merupakan teh special grade sehingga dibanderol dengan harga murah.

Sebenarnya ada teh-teh premium dengan kualitas jauh lebih baik dengan harga lebih mahal. Meski demikian, justru teh premium yang jadi urat nadi industri teh dalam negeri.

"Konsumen dalam negeri belum bisa menerima teh bagus dalam harga agak tinggi," kata Rachmad pada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Selasa (25/5).

Terpukul industri kopi

Di tengah hingar bingar industri kopi, teh kian hari kian meredup. Menurut Rachmad, teh semakin tersingkir dan produksinya cenderung menurun setiap tahun.

Pada 1990-2005, produksi teh di Indonesia mencapai 150ribu ton dalam setahun dan ekspor lebih dari 90ribu ton. Kini, produksi teh kurang dari 140ribu ton dan ekspor hanya 48ribu ton setahun.

Sementara itu Oza melihat teh jelas ketinggalan jauh dari kopi. Sebenarnya jika ingin 'seksi' dan dilirik layaknya kopi, teh masih memiliki kesempatan. Namun ada penghalang cukup besar.

Ia mengingatkan akan gelombang awal popularitas kopi kala salah satu jaringan kopi besar dunia masuk Indonesia. Cukup menggenggam gelas berlogo kedainya saja, rasanya harkat dan martabat otomatis naik.

Gelombang berikutnya, tren kopi susu menanjak bahkan orang yang bukan peminum kopi pun turut dibuat penasaran hingga menambatkan lidah di sana. Sekilas semua terlihat mudah buat kopi, tetapi tidak buat teh.

"Orang mau masuk ke industri kopi itu mudah. Mau dari mana, nih? Dari hulu, jadi petani, kemudian bisa juga jadi roaster, barista. Untuk teh, tidak semudah itu," ujar Oza.

Tidak ada budaya pengolahan teh skala kecil atau rumahan. Teh sudah kadung dengan konsep skala besar atau pabrikan.

Akan tetapi, dengan strategi yang tepat, teh bisa mendulang popularitas seperti kopi. Meski sama-sama minuman dan hasil perkebunan, memasarkan teh bakal berbeda dengan kopi. Teh biasa disajikan dalam pot dan dinikmati 5-6 orang.

Rachmad berkata teh tidak bisa dipasarkan dengan pendekatan 'nongkrong' ala kopi.

"Teh dan kopi punya cara pemasaran sendiri, teh lebih dekat dengan budaya, sementara kopi lebih populernya di kedai, bukan disajikan di rumah," katanya

Kemudian jika mau dilihat secara lebih luas, teh justru mendatangkan pundi lebih tinggi daripada kopi. Industri teh kemasan dimasukkan termasuk teh kaleng, teh dalam botol juga teh aneka rasa, merupakan industri terbesar kedua setelah industri air mineral.

(els/agn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER