Jakarta, CNN Indonesia --
Sebelum dimulainya konstruksi pembangunan MRT Fase 2A yang membentang dari Bundaran HI hingga Kota Tua, PT MRT Jakarta direkomendasikan untuk turut melibatkan tim ahli cagar budaya.
Pelibatan tim ahli cagar budaya tersebut menandakan betapa jalur pembangunan MRT Fase 2A sepanjang 11,8 kilometer tersebut akan lebih "menantang" ketimbang pada Fase 1.
Pada fase 1, penggalian dan pembuatan terowongan tidak terlalu menemukan kesulitan berarti, karena struktur perkotaan yang lebih modern dan tertata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara pada fase 2A, konstruksi jalur tersebut akan melalui sejumlah bangunan yang dianggap sebagai cagar budaya sehingga harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian.
Hal itu diakui oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar.
Selain karena dilalui oleh bangunan bernilai historis tinggi, pengerjaan proyek yang berada di ring satu atau kawasan vital negara ini juga harus memperhatikan perbedaan kontur tanah, terutama di utara Jakarta yang dianggap lebih rentan terjadi penurunan muka tanah.
Oleh sebab itu, prinsip kehati-hatian dan penuh perhitungan dalam pengerjaan stasiun tidak boleh diabaikan, agar tidak terjadi penurunan struktur bangunan, mengingat seluruh pembangunan stasiun dikerjakan di bawah tanah.
"Kesulitan-kesulitan itu harus diperhitungkan, apalagi ketika masuk sepanjang jalur ke kota yang lebih sempit, kanan-kiri ada bangunan tua yang harus dikonservasi. Harus kita protect agar jangan sampai terjadi hal tidak diinginkan, seperti penurunan bangunan," kata William, seperti yang dikutip dari ANTARA pada Senin (31/5).
 PT MRT Jakarta bakal merelokasi sementara cagar budaya Tugu Jam Thamrin yang berada di persimpangan Jalan MH Thamrin dan Jalan Kebon Sirih lantaran terdampak pembangunan MRT Fase 2A segmen 1 rute Bundaran HI-Monas. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono) |
Setidaknya ada 10 lokasi bernilai historis tinggi yang akan dilewati pada rute fase 2A.
Bangunan-bangunan tersebut adalah Tugu Jam Thamrin, Bundaran Bank Indonesia, Bank Indonesia Thamrin, Monumen Nasional (Monas), Museum Nasional, Menara BTN, Istana Presiden RI, Gedung Arsip Nasional, Gedung Candra Naya, serta Museum Bank Mandiri.
Dengan melibatkan para arkeolog dari universitas ternama, seperti Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung, MRT Jakarta berupaya merawat dan menjaga nilai sejarah lintasan cagar budaya selama pembangunan berlangsung.
Sebelum konstruksi dimulai, penggalian benda-benda bersejarah atau ekskavasi dilakukan selama dua bulan pada Agustus 2020 di kawasan Monas, Kebon Sirih hingga MH Thamrin.
Sesuai perkiraan, artefak atau benda bersejarah ditemukan selama proses ekskavasi, mulai dari tulang sendi dan gigi bovidae (hewan pemamah biak, seperti kerbau, antelop, bison), fragmen keramik China, fragmen keramik Eropa, peluru, botol tembikar, hingga koin Belanda.
Temuan artefak tersebut diperkirakan berasal dari abad 18 sampai 20 Masehi.
Puluhan artefak itu ditemukan di 14 titik penggalian sepanjang kawasan konstruksi MRT Fase 2A, yakni bawah tanah Jalan MH Thamrin dan sebagian Jalan Medan Merdeka Barat.
Menurut Ketua tim ekskavasi pembangunan Stasiun MRT Thamrin dan Monas, Cecep Eka Permana, ragam artefak tersebut ditemukan dengan penggalian kedalaman 100 cm hingga 150 cm.
Mendekati dua meter, sudah tidak ditemukan lagi artefak.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Pameran artefak
Ragam artefak mulai dari tembikar, fragmen keramik hingga uang koin yang ditemukan pada proses ekskavasi menandakan bagaimana aktivitas perekonomian Batavia sekitar tahun 1930-an berlangsung.
Sentuhan artefak dalam pembangunan MRT ini tentunya akan menjadi daya tarik tidak hanya bagi penumpang, tetapi juga wisatawan Ibu Kota.
Hal itu pun ditangkap oleh MRT Jakarta untuk menginisiasi pembangunan pusat informasi pengunjung di dua titik, salah satunya di kawasan Monas.
Setidaknya 25 objek artefak tersebut kini sudah disimpan dalam sebuah meja etalase di ruang galeri pusat informasi pengunjung, yang letaknya akan berdekatan dengan akses masuk/keluar Stasiun MRT Monas.
Namun demikian, pameran benda bersejarah untuk publik tersebut masih menunggu kebijakan dari Kawasan Monumen Nasional, yang saat ini masih ditutup untuk masyarakat umum sejak pandemi COVID-19 melanda.
Pusat informasi pengunjung ini tidak hanya menampilkan artefak sebagai daya tarik utama, tetapi juga seluruh informasi terkait proyek pembangunan MRT Fase 2, sehingga publik bisa mengetahui perkembangan konstruksi berlangsung.
"Apa yang bisa ditemukan di pusat informasi, semua mengenai info proyek, progres MRT Fase 2, di dalam situ bisa dilihat maketnya, ada pajangan temuan cagar budaya juga sebagai alat edukasi masyarakat," kata Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim.
 Museum Wayang di Kawasan Kota Tua, Jakarta. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma) |
Daya tarik wisata
Letaknya yang berada di pusat kota, serta menghubungkan ikon Jakarta seperti Monas dan Kota Tua, pembangunan MRT Fase 2A diharapkan memberi kesan yang berbeda bagi penumpang.
Selain sebagai moda transportasi yang cepat dan diandalkan, perjalanan menggunakan MRT diharapkan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait derasnya pembangunan di Ibu Kota dengan tetap menjaga nilai sejarah.
Pembangunan stasiun juga diharapkan semakin mempermudah akses bagi penumpang menuju kawasan wisata.
Stasiun Monas sendiri memfasilitasi penumpang dari area bawah tanah MRT menuju pintu keluar, yang langsung berhadapan dengan Tugu Monas.
Stasiun MRT Monas akan memiliki dua pintu masuk/keluar, yakni pertama terletak di seberang Patung Kuda atau tepatnya di Jalan Silang Merdeka Daya Barat, serta pintu kedua di antara Museum Nasional dan Kementerian Kominfo.
Berdasarkan maket yang ditampilkan di pusat informasi pengunjung, pintu masuk/keluar Stasiun MRT Monas akan memiliki jalan landai yang akan memudahkan penumpang menuju Tugu Monas.
Selain Monas, MRT Jakarta juga akan menyiapkan pintu masuk/keluar langsung di dalam kawasan Taman Fatahillah Kota Tua, Jakarta Barat.
 Foto udara kawasan Kota Tua yang sepi saat diberlakukan PSBB di Jakarta. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta) |
"Begitu juga dengan di Kota Tua, 'entrance' kita itu langsung masuk di kawasan Taman Fatahillah, di depan Stasiun Beos (Jakarta Kota). Kawasan itu juga akan kita tata sehingga terintegrasi dengan MRT," tambah William.
Dengan bertambahnya rute baru yang menghubungkan Lebak Bulus-Ancol Barat, layanan kereta bawah tanah pertama di Indonesia tersebut diharapkan dapat mengangkut hingga 500 ribu orang setiap hari.
Data PT MRT Jakarta menyebut jika Fase 1 menelan biaya Rp16 triliun untuk 16 km atau Rp1 triliun per km, maka untuk Fase 2 hingga Kampung Badan sepanjang delapan km dan konstruksi lanjutan ke Ancol menjadi sepanjang 10 km, estimasinya bisa tembus Rp30 triliun.
Saat ini, perkembangan pembangunan Stasiun MRT Thamrin-Monas baru mencapai 16,5 persen.
Meski menemui sejumlah tantangan, MRT Jakarta menegaskan bahwa pembangunan tersebut masih sesuai target dengan jadwal beroperasi Maret 2025.
Pada saat itu, aktivitas dan mobilitas manusia setelah pandemi COVID-19 mereda diharapkan kembali normal. Dengan begitu, kereta Ratangga kebanggaan Ibu Kota itu dapat membawa warganya napak tilas Batavia tempo dulu dengan transportasi yang modern.