Kapten timnas Denmark Simon Kjaer dipuji atas kesigapannya melakukan pertolongan pertama CPR kepada kompatriotnya, Christian Eriksen, yang pingsan di tengah laga Finlandia vs Denmark di Euro 2020 (Euro 2021), akhir pekan lalu
Kjaer jadi orang pertama yang memeriksa keadaan Eriksen saat kolaps di tengah lapangan jelang babak pertama usai. Pemain AC Milan itu langsung menghampiri Eriksen untuk memberikan pertolongan pertama CPR agar tetap bisa bernapas dan sadar diri sampai bantuan medis datang.
Berkaca dari kejadian tersebut, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito Damay menyarankan bahwa atlet memang sepatutnya mengenal dan mempelajari teknik CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) atau RJP (Resusitasi Jantung Paru).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"CPR itu wajib dipelajari menurut saya. CPR meningkatkan kemungkinan seseorang yang mengalami cardiac arrest (henti jantung mendadak) bertahan hingga 44 persen," kata Vito dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Vito mengatakan, "Tentu tergantung juga penyebab henti jantung mendadaknya apa. Bila karena serangan jantung ya tetap harus dilakukan pemasangan ring misalnya, tapi CPR bisa bantu memperpanjang napas pasien hingga tiba di rumah sakit."
Selain dari kasus Eriksen, Vito mengingat bahwa sebelumnya terdapat pemain sepakbola liga Inggris dulu juga kolaps di tengah lapangan. Kala itu, hakim garis sigap dan melakukan CPR sehingga bisa selamat dibawa ke RS.
"Saya tidak tahu apakah di Indonesia official pertandingan dilatih CPR apa tidak. Tapi menurut saya akan sangat membantu bila official bisa CPR," tambahnya.
CPR merupakan upaya pertolongan pertama untuk mengembalikan kemampuan bernapas dan sirkulasi darah dalam tubuh sebelum menerima pertolongan medis.
CPR bisa dilakukan setiap orang untuk menolong orang lain yang mengalami henti napas atau/dan jantung tiba-tiba. Namun, pertolongan CPR harus dengan teknik dan cara yang benar.
Menurut Vito, dalam menangani pasien yang tidak sadar, hal pertama yang penting dilakukan adalah memanggil bantuan.
"Bisa melalui telepon tekan tombol loud speaker atau bahkan bisa tulis pesan di media sosial agar siapapun yang dekat bisa menolong. Kedua, lakukan pijat jantung dengan benar," katanya.
"Terlepas dari itu, seorang yang kolaps atau pingsan atau tidak sadarkan diri jangan didudukkan harusnya dibaringkan. Juga jangan diberikan minum hingga orang tersebut benar benar sadar dan bisa minum sendiri. Jadi ini dua prinsip yang harus diketahui penolong," tambahnya.
Sebagai dilansir Redcross.org, beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mempraktikan CPR pada orang lain adalah pertama, periksa keamanan lokasi sekitar dan orang yang kolaps. Pastikan lingkungan tempat mempraktikkan CPR aman.
Kedua, periksa tingkat kesadaran orang yang kolaps tersebut dengan menepuk wajah atau punggung orang tersebut dan menanyakan keadaannya dengan suara cukup lantang.
Jika ia merespons, upayakan agar korban tetap sadarkan diri sambil meminta bantuan medis. Namun, tetap periksa pernapasan, denyut nadi, dan tingkat responsnya.
Ketiga, evaluasi pernapasan. Pastikan korban masih bernapas secara normal dengan melihat apakah dadanya bergerak naik-turun.
Buka jalan napasnya dengan membuat orang tersebut berbaring terlentang di lantai, miringkan kepalanya sedikit ke belakang sampai dagu terangkat.
Selanjutnya, dekatkan telinga Anda ke mulut dan hidung korban untuk mendengar suara napas dan merasakan embusan napasnya di pipi Anda.
Keempat, periksa nadi. Pastikan jantung korban tetap berdetak dengan memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya atau memeriksa denyut nadi di bagian sisi lehernya.
Sementara itu, teknik CPR sendiri dapat dilakukan semua orang yang sudah pernah berlatih. Teknik ini terbagi menjadi tiga tahapan yang dikenal dengan istilah C-A-B (compression, airways, and breathing).
Simak penjelasan mengenai CPR dan tahapannya lebih lanjut di sini.
(agn)