![]() |
Film-film horor yang berisi penyiksaan dan ada bumbu semi pornografi menggambarkan pribadi yang jorok dan penuh pikiran akan darah dan keinginan untuk balas dendam.
Saat film Saw keluar pada 2005, film itu dianggap mencakup banyak hal tentang genre film porno dan penyiksaan ini.
Dalam film ini digambarkan, pembunuh berkeliaran, menjebak korbannya dan memaksa mereka mengikuti berbagai tantangan gila yang berdarah-darah, lengkap dengan segala detail brutalnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaannya, orang apa yang suka dengan tontonan seperti itu? Sulit untuk dikatakan, karena ini adalah genre yang cukup baru, kata para ahli.
Menurut Sclozman, film penyiksaan dan pornografi ini bisanya menampilkan sosok protagonis perempuan yang akhirnya bisa mengalahkan si sosok jahat.
"Ini seperti menggambarkan pencinta film ini adalah orang-orang yang mencoba untuk mengalahkan ketakutan mereka untuk menjadi bahagia pada akhirnya. Seperti sebuah balas dendam saat seseorang melawan balik kekejian," kata Schlozman.
![]() |
Tahukan Anda bahwa film Exorcism diputar berulang-ulang oleh beberapa orang?
Mereka bukan sekadar suka akan horornya, tapi juga pada kenangannya akan sebuah masa.
"Dulu ada teori bahwa orang yang suka horor tidak akan terpengaruh oleh nostagia. Tapi ternyata justru sebaliknya," kata Schlozman.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa orang yang mendapatkan kepuasan dari ketegangan film horor biasanya akan suka film nostalgia juga.
Alasan lain mengapa Anda mungkin tak suka film horor adalah : mungkin Anda sudah terlalu tua.
"Ketegangan yang biasanya digemari kaum remaja seringkali hilang saat seseorang memasuki usia 20 tahun, karena neurotransmiter di otak yang mencari sensasi mulai menurun di usia ini," kata Johnston.
Secara keseluruhan, psikologi manusia sangat rumit untuk benar-benar bisa dipahami mengapa seseorang suka atau tidak suka menonton film pembunuhan.
"Banyak yang menikmati hal ini karena terikat pada nostalgia," kata Schlozman.
Schlozman sendiri yang jatuh cinta pada film vampir mengatakan tiap kali menonton film itu dia terkenang akan ayahnya yang gemar menonton film Bella Lugosi.
Pada akhirnya, dia mengatakan, "Tak ada cara paling menyenangkan untuk mengatakan selera itu tak bisa diukur."
(tim)