Menilik Kemungkinan Vaksin Covid Dosis Ketiga pada Nakes
Wacana booster vaksin Covid-19 berkembang usai banyak kasus penularan baru membuat tenaga kesehatan (nakes) berguguran.
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) mencatat sebanyak 1.031 tenaga kesehatan yang menangani pasien terpapar virus corona di Indonesia meninggal dunia akibat Covid-19.
Sekretaris Jenderal Persi Lia Gardenia Partakusuma mengatakan data itu didapatkan dari kumulatif data Persi, Asosiasi Puskesmas se-Indonesia (Apkesmi), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) per 28 Juni 2021.
Sebelumnya, sebagian besar nakes telah menerima dua dosis vaksin Covid-19 Sinovac. Namun, vaksin tersebut dianggap belum cukup memberikan perlindungan pada nakes.
Di samping itu, efikasi Sinovac yang hanya 65 persen membuat keyakinan untuk menambah dosis ketiga vaksin Covid-19 pada nakes yang menerima paparan Covid-19 paling tinggi.
Memang, vaksin Covid-19 tidak sepenuhnya membuat tubuh kebal dari virus. Namun, nakes perlu perlindungan ekstra demi meminimalisir timbulnya gejala berat saat terpapara Covid.
Pasalnya, mereka juga yang menjadi 'ujung tombak' penanganan Covid-19 tanah air harus bertahan selama mungkin hingga pandemi berakhir.
Terkait hal ini, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan pihaknya belum bisa menyarankan pemberian vaksin dosis tiga pada nakes.
Pasalnya, belum ada penelitian yang dengan jelas menyebutkan apakah vaksin Covid-19 dosis tiga bisa menjadi booster imunitas tubuh. Penelitian soal manfaat dan efek samping vaksin dosis tiga juga harus lebih dulu dilakukan.
"Belum ada bukti ilmiah mengenai suntikan ketiga yang berhasil membooster kekebalan tubuh, untuk hal ini saya kira perlu penelitian lebih dulu," kata Zubairi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (6/7).
Zubairi juga mengatakan, infeksi Covid-19 memang bisa terjadi sehingga menyebabkan nakes kewalahan. Selain mesti mengobati banyak pasien Covid-19, nakes juga harus melindungi diri sendiri dari dari paparan virus.
"Banyak nakes kewalahan dan terpapar Covid-19, ini memang terjadi di mana saja. Karena pemberian vaksin tidak memberikan daya lindung 100 persen, nakes juga harus bekerja merawat pasien," ujarnya.
Ia menekankan, kasus infeksi Covid-19 pada nakes yang telah mendapat vaksin tidak hanya terjadi di Indonesia. Artinya, baik vaksin apa pun bisa membuat nakes tetap terpapar Covid-19.
Menurut Zubairi, kasus infeksi setelah vaksinasi Covid-19 bisa terjadi sebab setiap orang memiliki kadar kekebalan tubuh yang berbeda. Vaksin juga tidak bisa melindungi seseorang 100 persen dari virus.
"Tapi dengan vaksinasi, ada lebih banyak yang terlindungi daripada tidak divaksinasi Covid-19," ucap Zubairi.
Ia menjelaskan, kadar imunoglobulin pada tubuh orang yang sudah divaksin bisa berbeda-beda. Kondisi ini yang menyebabkan seseorang bisa terinfeksi Covid-19 meski sudah mendapat vaksinasi lengkap.
Sementara jika sel limfosit T yang bertanggung jawab mengenali virus masih bisa bekerja optimal untuk melawan SARS-CoV-2 maka kekebalan bisa terus terbentuk. Meski saat pemeriksaan kadar imunoglobulinnya rendah.
"Selama limfosit T bisa mengenali virus dengan baik, maka tidak perlu booster dengan vaksin dosis tiga," ucap Zubairi.
Meski demikian, ia mengatakan jika pemberian vaksinasi Covid-19 dosis tiga sudah terbukti aman dan berkhasiat memberi perlindungan ekstra dari Covid-19, maka vaksinasi dosis tiga bisa diberikan lebih dulu pada nakes.
Selama belum ada bukti lebih lanjut mengenai manfaat dan khasiat vaksin Covid-19 dosis tiga, maka nakes disarankan tetap menjaga kesehatan demi sistem imun terjaga.
"Rekan tenaga kesehatan, untuk menjaga diri dari Covid-19 saat ini diperlukan terus pola hidup sehat dan mengedepankan protokol kesehatan," ucapnya.
(mel/agn)