Kata Dokter soal Cek CT Thorax dan D-dimer Pasien Covid-19

CNN Indonesia
Jumat, 16 Jul 2021 08:00 WIB
Perlukah melakukan pemeriksaan CT thorax dan tes pembekuan darah atau d-dimer pada pasien Covid-19? Berikut penjelasan dokter. (iStockphoto/Udom Pinyo)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemeriksaan CT thorax dan D-dimer disebut perlu dilakukan pada pasien Covid-19. Dua pemeriksaan ini dilaporkan bisa memberitahu derajat keparahan pasien Covid-19, apakah ringan, berat, sedang, atau kritis.

Namun, haruskah setiap pasien Covid-19 melakukan dua tes ini?

Dokter spesialis paru, Agus Dwi Susanto mengatakan pemeriksaan lanjutan seperti rontgen thorax dan D-dimer sebenarnya hanya diperlukan pada pasien Covid-19 bergejala sedang menuju berat, itu pun harus berdasarkan saran dokter.

"Pemeriksaan radiologi, dada, darah, itu disarankan untuk pasien Covid-19 yang bergejala. Orang tanpa gejala enggak perlu pemeriksaan ini, kecuali dalam perjalanan isolasi mandiri ada gejala perburukan, baru disarankan rontgen," kata Agus saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (15/7).

Dokter spesialis paru, Erlang Samoedro juga menyampaikan pemeriksaan lanjutan seperti CT thorax hanya diperlukan jika pasien mengalami perburukan.

Pasien Covid-19 yang isolasi mandiri kemudian kondisi klinisnya memburuk bisa melakukan CT thorax untuk mengetahui seberapa luas paru yang terkena infeksi, serta penanganan apa yang dibutuhkan.

Namun hal itu diperlukan hanya bila muncul gejala perburukan seperti saturasi oksigen menurun, sesak napas, atau hilang kesadaran.

"Kalau dia isolasi mandiri, ya enggak perlu semua pemeriksaan dilakukan, cukup dengan pulse oximeter saja. Semua pemeriksaan lanjutan itu ada indikasinya dan harus berdasarkan saran petugas medis," kata Erlang.

Computerized tomography (CT) scan adalah prosedur pemeriksaan dengan rontgen atau sinar X menggunakan komputer khusus untuk melihat kondisi dalam tubuh. CT thorax berarti melihat kondisi organ tubuh di bagian dada, meliputi paru, jantung, esofagus (kerongkongan) dan pembuluh darah besar (aorta).

Tujuannya adalah untuk mencari tahu ada tidaknya infeksi pada organ dalam dada. Dalam kasus pasien Covid-19, CT thorax bertujuan untuk mengetahui apakah pasien mengalami pneumonia atau kelainan paru lainnya. Foto rontgen akan memperlihatkan seberapa luas SARS-CoV-2 menginfeksi paru-paru.

Di samping CT thorax, pemeriksaan D-dimer juga tak bisa sembarang dilakukan. Pemeriksaan D-dimer adalah uji diagnostik sampel darah di laboratorium. Tujuannya untuk membantu melakukan diagnosis penyakit dan mengukur potensi pembekuan darah.

Pada pasien Covid-19, pemeriksaan D-dimer dilakukan untuk mengetahui apakah ada penyumbatan dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan pengentalan darah. Batas D-dimer adalah 500 ng/ml, namun pasien Covid-19 cenderung memiliki D-dimer melebihi batas normal.

Angka D-dimer yang tinggi menunjukkan terjadi pembekuan darah dalam tubuh. Pembekuan darah ini akan mengakibatkan organ-organ dalam tubuh kekurangan oksigen dan menyebabkan perburukan pada pasien Covid-19.

Dokter spesialis patologi klinik RSUP Persahabatan, Dewi Yennita Sari, mengatakan pemeriksaan D-dimer hanya dilakukan jika diminta oleh dokter.

Dokter membutuhkan pemeriksaan D-dimer sebelum memutuskan memberikan resep antikoagulan pada pasien Covid-19 supaya tidak terjadi pembekuan darah. Namun pasien tidak perlu melakukan uji D-dimer jika dokter tidak meminta pemeriksaan lanjutan tersebut.

"Angka D-dimer itu naik ketika di awal infeksi, jadi ketika sudah konsultasi dengan dokter di awal dan tidak disuruh periksa D-dimer, maka tidak perlu," kata Dewi dalam sebuah webinar, belum lama ini.

Pemeriksaan D-dimer juga biasanya hanya dilakukan jika pasien Covid-19 sudah dalam kondisi berat atau kritis. Dokter akan mendiagnosis derajat keparahan pasien sebelum memutuskan perawatan apa yang akan dilakukan pada pasien Covid-19 tersebut.



(mel/agn)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK