Jakarta, CNN Indonesia --
Bali meraih peringkat teratas dalam daftar 'Destinasi Terpopuler di Dunia' versi situs ulasan tempat wisata TripAdvisor 2021. Prestasi Pulau Dewata yang terpilih berdasarkan ulasan terbaik pengguna situs tersebut berhasil menyaingi kota dan negara wisata populer lainnya di dunia, seperti London, New York sampai Peru.
Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman, Drs. Chusmeru, M.Si, mengatakan kalau Bali ialah contoh sukses pengembangan destinasi wisata di sebuah negara. Tak hanya pesona alamnya saja, Bali juga dinilai baik dalam menggabungkan kehidupan tradisional dan modern yang memikat wisatawan, terutama dari luar negeri.
Keunikan Bali juga ditambah dengan kemudahan akses, keragaman atraksi dan kelengkapan amenitasnya - yang sering disingkat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kemenparekraf) sebagai 3A (Akses, Atraksi dan Amenitas).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sulit jika ingin wisata pantai ke gunung, begitu juga tak sulit jika ingin mencari tempat makan atau tempat belanja. Semua bisa dilakukan, asal ada waktu dan dana.
Bukan hanya Instagramable
Chusmeru lanjut mengatakan kalau Bali sebenarnya bukan satu-satunya destinasi yang bisa diunggulkan di Indonesia dalam ajang dunia. Ada banyak destinasi lain yang sebenarnya tak kalah cantik dari Pulau Dewata, hanya saja belum "dipoles".
"Salah satu kendala kunjungan turis ke destinasi selain Bali ialah soal 3A tadi. Khususnya kendala dalam hal akses, sehingga wisatawan berpikir kalau menjangkau objek wisata di destinasi itu akan memakan waktu panjang dan sangat melelahkan, sehingga mereka akan kembali wisata ke destinasi yang selengkap Bali," kata Chusmeru saat diwawancara oleh CNNIndonesia.com pada Senin (2/8).
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Faktor keberagaman wisata yang ditawarkan di destinasi juga ikut berpengaruh atas kunjungan wisatawan. Pendatang tentunya ingin melakukan kegiatan lain setelah menyelam, misalnya. Begitu juga setelah mereka mendaki gunung dan lain sebagainya.
"Jadi, sebuah destinasi harus punya banyak atraksi wisata, sehingga wisatawan bisa tertarik datang sekaligus menghabiskan waktu menginap yang lama," ujarnya.
Chusmeru kurang setuju dengan anggapan bahwa sebuah destinasi harus bermodalkan banyak sudut Instagramable agar ramai didatangi wisatawan.
Baginya, tempat Instagramable hanya sementara - terutama yang buatan, karena yang akan terus dipertimbangkan ialah faktor 3A.
"Wisatawan paling hanya datang sekali atau dua kali ke tempat yang Instagramable. Apalagi jika hanya datang untuk berfoto. Tapi kalau ada hal lain yang menarik atau sesuatu yang selalu baru, pasti mereka akan kembali datang," katanya.
Bali dianggap destinasi murah
Media internasional sering menyebut Bali sebagai "destinasi surgawi dengan harga terjangkau". Tapi sebenarnya ada banyak pilihan wisata di Pulau Dewata tergantung jenis kantong wisatawan, mulai dari kelas backpacker sampai "kaum sultan".
"Saya rasa murah atau mahalnya biaya berwisata di sebuah destinasi juga bukan faktor penentu kedatangan wisatawan. Mereka pasti rela membayar lebih jika apa yang ditawarkan sepadan. Misalnya ada paket wisata mengunjungi suku di pedalaman. Meski harganya mungkin sedikit mahal tapi kegiatannya menarik, mereka pasti mau ikut serta," ujarnya.
Chusmeru mengatakan kalau wisatawan milenial masih tetap menjadi pasar utama dalam industri pariwisata.
Namun jika sebelum pandemi biasanya wisatawan milenial menyasar tempat meriah, di pascapandemi mereka diramalkan bakal menyasar tempat yang lebih privat, karena ada pertimbangan bekerja jarak jauh hingga faktor kesehatan.
"Pelaku usaha wisata di Bali, jika tidak ingin wisatawan bosan dengan apa yang sudah ditawarkan, sudah harus mulai riset mengenai wisata apa yang diinginkan wisatawan milenial ini. Apa yang mereka butuhkan dari wisata privat itu, ketenangan atau kelengkapan fasilitas demi bekerja jarak jauh misalnya," katanya.
Selain paket wisata yang menyasar wisatawan milenial, Chusmeru juga berpesan agar Bali memperbanyak inovasi pada tempat wisatanya. Salah satu yang disorotnya ialah kompleks Garuda Wisnu Kencana.
"Selama ini orang yang datang hanya untuk berfoto. Pengelola Garuda Wisnu Kencana harus siap menyuguhkan hal baru pascapandemi nanti, sehingga wisatawan yang datang bisa berkunjung lebih lama, yang juga menyebabkan mereka tinggal lebih lama di Bali. Tentu saja tanpa melupakan protokol kesehatan," pungkasnya.
Di tengah pandemi virus Corona, perjalanan wisata masih dikategorikan sebagai perjalanan bukan darurat, sehingga sebaiknya tidak dilakukan demi mencegah penyebaran dan penularan Covid-19, terutama di daerah yang masih minim fasilitas kesehatannya.
Jika hendak melakukan perjalanan antarkota atau antarnegara, jangan lupa menaati protokol kesehatan pencegahan virus Corona, dengan mengenakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak fisik antarpengunjung. Jangan datang saat sakit dan pulang dalam keadaan sakit.
[Gambas:Photo CNN]
[Gambas:Infografis CNN]