Jakarta, CNN Indonesia --
Dalam unggahan live Instagramnya di Olympic Village, pebulutangkis Indonesia Greysia Polii mengungkapkan bahwa para atlet yang bertanding tak boleh meninggalkan lokasi tersebut dan berjalan-jalan keluar. Area 'wisma atlet' tersebut dijaga ketat agar para atlet terhindar dari risiko infeksi virus corona.
Komite Olimpiade Internasional mengatakan bahwa setiap atlet atau personel Olimpiade yang gagal mematuhi prosedur pengujian atau panduan pencegahan covid bisa mendapat berbagai hukuman, mulai dari denda, skorsing, hingga deportasi.
Tak dimungkiri, Tokyo Organizing Committee sudah membuat serangkaian kebijakan ketat yang mengatur bagaimana atlet, pelatih, dan staf untuk meminimalkan risiko infeksi virus corona dan menyebarkannya di lingkungan atlet Olimpiade. Hanya saja, sekalipun dengan perlindungan ketat, infeksi masih mungkin bisa terjadi. Meskipun sekitar 80 persen atlet melaporkan telah divaksinasi, vaksin tidak dapat mencegah infeksi 100 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama gelaran Olimpiade Tokyo 2020, ada beberapa atlet dan staf yang terinfeksi corona. Panitia Olimpiade sendiri membatasi pengunjung sebanyak mungkin dan melakukan tes rutin sesering mungkin.
Orang yang akan pergi ke wisma atlet ini akan diminta untuk meminimalkan perjalanan mereka 14 hari sebelum penerbangan ke Tokyo. Mereka juga diwajibkan untuk mengikuti langkah-langkah mitigasi seperti mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan terlepas dari apakah mereka divaksinasi atau tidak.
Mengutip Time, Setibanya di Tokyo, para atlet akan tetap berada di area pelatihan yang telah ditentukan sampai beberapa hari sebelum kompetisi mereka, dan pada saat itu mereka akan pindah ke kampung Olimpiade.
Untuk meminimalkan risiko penyebaran virus, para atlet akan makan secara bergiliran atau diperbolehkan membawa makanan mereka kembali ke kamar mereka.
Para atlet juga akan punya teman sekamar. Mereka akan diminta untuk menghabiskan waktunya sebagian besar hanya bersama teman sekamarnya saja atau grup kecil mereka, misalnya pelatih.
Setiap atlet juga diharuskan mengunduh aplikasi pelacakan kesehatan dan menjawab pertanyaan harian tentang apakah mereka mengalami gejala terkait Covid-19.
Atlet akan ditest setiap hari, dan suhu mereka akan dicatat setiap kali mereka memasuki Desa Olimpiade. Tes juga akan dilakukan dengan uji ludah sebanyak dua kali, pagi dan sore hari. Tes akan diawasi petugas khusus covid-19 (CLO) dari masing-masing tim. Hasil tes spit akan keluar setelah 12 jam, di sini para atlet yang positif akan ditindaklanjuti oleh CLO.
Seperti semua orang yang terlibat dalam Olimpiade Tokyo, mereka diinstruksikan untuk memakai masker setiap saat, menjaga jarak fisik dan mengambil semua tindakan biasa untuk mencegah penyebaran virus corona - seperti sering mencuci tangan - ditambah beberapa tindakan khusus olahraga , seperti bertepuk tangan daripada bernyanyi atau berteriak untuk menyemangati sesama Olympian mereka.
Bagi atlet yang terkonfirmasi positif akan dibawa ke klinik dengan kendaraan khusus Olimpiade untuk tes lanjutan, yaitu swab nasofaring. Atlet akan tetap berada di bangsal isolasi klinik selama tiga sampai lima jam sampai hasilnya tersedia.
Jika tes konfirmasi juga positif, maka atlet dipindahkan ke hotel khusus di luar kampung Olimpiade. Jika atlet yang positif tak boleh bertanding maka mereka akan tetap isolasi di hotel. Panitia akan menyediakan semua kebutuhan, termasuk makan tiga kali. Mengutip Washington Post, lama isolasi mereka ditentukan oleh otoritas kesehatan Jepang tergantung pada tingkat keparahan gejala mereka.Daftar kontak erat juga akan dibuat. Kontak erat akan dilakukan tes.
Bagimana dengan nasib pertandingan yang akan diikuti?
Hal ini akan ditentukan Kelompok Ahli Penasehat Hasil (RAEG) yang terdiri dari dokter terkait di bidangnya, akan menentukan apa atlet positif dan orang yang melakukan kontak dekat dengannya bisa tetap bertanding atau tidak. Mereka juga mempertimbangkan soal positif palsu (false positive).
"Sulit mengizinkan mereka akan mampu bersaing jika bukan hasil positif palsu (false positive), terlepas dari olahraganya," kata Dr. Naresh Rao, DO, kepala dokter untuk Polo Air AS dan anggota tim medis Tokyo untuk Komite Olimpiade dan Paralimpiade AS.
Keputusan dan rekomendasi RAEG ini akan diberikan kepada Pusat Pengendalian Penyakit Menular Tokyo 2020, yang kemudian melaporkan keputusan kelompok tersebut kepada komite Olimpiade masing-masing atlet yang terkonfirmasi positif.