Pasien yang bisa melakukan isoman, menurut April Baller dari WHO, adalah mereka yang tidak memiliki penyakit penyerta misalnya penyakit kardiovaskular atau penyakit paru-paru kronis dan tidak berusia lanjut.
Kemudian mengenai pencatatan gejala, Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Prikasih, Gia Pratama menyarankan pasien bisa membuat semacam catatan harian.
Catatan ini memuat informasi mengenai gejala, suhu, saturasi oksigen, frekuensi nadi, laju napas dan keluhan lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama melakukan isolasi mandiri, pasien juga perlu mendapatkan asupan makanan bernutrisi dan obat-obatan sesuai gejala untuk membantu pemulihannya.
Nadia menuturkan, pasien bergejala ringan biasanya diresepkan dokter sejumlah obat antara lain antivirus dan sesuai gejala mereka. Bila ada demam, maka pasien dibolehkan meminum paracetamol untuk menurunkan demam.
"Prinsipnya isolasi mandiri itu kita memberi kesempatan pada tubuh untuk membangun sistem kekebalan optimal demi melawan virus. Selain fokus melawan virus, ditambah booster dengan berbagai macam obat-obatan," tutur Nadia.
Pastikan dosis dan cara minum obat yang tepat agar tidak memunculkan penyakit lainnya semisal sakit lambung.
Selain obat, pasien juga perlu mendapatkan asupan vitamin C cukup. Ada beberapa pilihan, yakni yang sifatnya non-acidic tiga kali sehari satu tablet (500 mg) selama 2 pekan, atau vitamin C tablet isap dua kali sehari satu tablet (500 mg) selama sebulan atau multivitamin mengandung vitamin B, C, E dan zink dua tablet sehari (satu bulan).
Vitamin lainnya yakni vitamin D satu kali sehari satu tablet 400-1000 IU, lalu obat herbal yang teregistrasi di BPOM dan obat rutin penyakit sebelumnyma misalnya hipertensi, diabetes atau asma (bila ada).
"Kalau bergejala ringan tanpa sesak biasanya diberikan Oseltamivir, atau Favipiravir, juga Azithromycin. Tetapi jangan men-stok karena obat-obatan ini harus diberikan di bawah pengawasan dokter," kata Nadia yang merekomendasikan pasien mengakses laman farmaplus.kemkes.go.id. untuk memeriksa ketersediaan obat.
Selama isoman, mereka bisa mengakses fasilitas telemedisin yang difasilitasi pemerintah melalui laman isoman.kemkes.go.id/periksa.
Di sisi lain, para pejuang isoman juga perlu memperhatikan kesehatan mental mereka. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan antara lain berkomunikasi dengan teman-teman, membaca buku dan berhati-hati terhadap hoaks.
"Kalau kita terkena Covid-19, tidak ada hoaks yang akan membantu kita. Lebih baik tanya pada sumber-sumber yang betul-betul terpercaya," kata Nadia.
(antara/agn)