Pandangan Psikolog Kala Keputusan Childfree Tuai Pro Kontra

CNN Indonesia
Rabu, 25 Agu 2021 06:42 WIB
Psikolog memberikan pandangannya terkait pro dan kontra terkait childfree yang belakangan ramai jadi perbincangan di media sosial.
Psikolog memberikan pandangannya terkait pro dan kontra terkait childfree yang belakangan ramai jadi perbincangan di media sosial. (iStockphoto/franckreporter
Jakarta, CNN Indonesia --

Istilah childfree belakangan menjadi topik hangat yang ramai diperbincangkan warganet di berbagai platform media sosial. Topik itu terangkat ketika salah satu selebgram perempuan mengungkapkan keputusannya bersama pasangan untuk tidak memiliki anak atau childfree.

Pro dan kontra pun muncul. Ada beberapa yang menganggap keputusan tersebut sebagai sesuatu yang salah. Namun, ada pula yang mendukung, apalagi jika keputusan ini telah menjadi kesepakatan bersama pasangan.

Menanggapi perdebatan tersebut, psikolog anak dan remaja, Gisella Tani Pratiwi mengatakan, wajar jika hal itu masih belum bisa diterima sepenuhnya oleh masyarakat di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, hal ini berkiblat pada pandangan agama dan norma sosial yang masih menganggap memiliki anak adalah sesuatu yang pakem dari pasangan suami istri.

"Karena norma ini banyak bergaung maka secara sadar atau tidak diserap sebagai nilai yang penting pada kebanyakan orang," kata Gisella saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (23/8).

Lebih lanjut, dia mengatakan bahkan tak sedikit yang juga mengaitkan punya atau tidak punya anak dengan image atau citra diri seseorang. Baik atau buruknya seseorang dinilai dari punya atau tidak punya anak.

"Padahal secara makna, keseluruhan atribut atau hal-hal penting dalam diri seseorang tidak hanya dari faktor memiliki anak atau tidak. Banyak faktor lain yang bisa membentuk identitas dan image diri seseorang," ujarnya.

Stigma Berbeda Laki-laki dan Perempuan

Tak hanya soal citra diri, Gisella juga menyadari ada perbedaan pandangan atau penilaian yang diberikan masyarakat ketika keinginan atau keputusan untuk tidak memiliki anak ini diutarakan oleh perempuan dan laki-laki. Respons berbeda diberikan masyarakat pada keputusan yang sama ini.

"Mungkin sekali ketika seorang perempuan yang mengutarakan childfree akan lebih rentan mendapat stigma negatif," kata dia.

Stigma ini bisa muncul karena dalam diri masyarakat memang ada harapan dan stereotip bahwa perempuan akan mengandung dan menjadi ibu. Oleh karena itu, ketika ada yang memiliki keputusan berbeda akan dianggap aneh bahkan dicemooh.

Sedangkan laki-laki kata dia, kemungkinan masyarakat menganggapnya sebagai pihak yang tidak peduli akan isu memiliki anak atau tidak.

Sehingga, ketika isu ini muncul dari sosok laki-laki, bahwa keputusan memiliki anak akan ditentukan dengan mendiskusikan dengan pasangannya justru dianggap sikap yang baik.

"Meski secara mendasar, keputusan memiliki anak sebaiknya adalah keputusan bersama pada pasangan yang dihasilkan dari proses diskusi yang setara," kata Gisella.

(tst/agn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER