Dokter: 95 Persen Pasien Covid-19 Kritis Alami Badai Sitokin

CNN Indonesia
Senin, 30 Agu 2021 14:31 WIB
Dokter spesialis penyakit dalam Ceva Wicaksono menyebut hampir semua pasien Covid-19 dengan kondisi kritis mengalami badai sitokin.
Dokter spesialis penyakit dalam Ceva Wicaksono menyebut hampir semua pasien Covid-19 dengan kondisi kritis mengalami badai sitokin.(Foto: iStock/Morsa Images)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badai sitokin pada pasien Covid-19 sebagian besar terjadi pada orang dengan gejala berat dan kritis. Dokter spesialis penyakit dalam Ceva Wicaksono menyebut hampir semua pasien Covid-19 yang mengalami masa kritis diterpa .

"Lima persen pasien Covid-19 itu alami kritis, nah 95 persen dari yang lima persen ini mengalami badai sitokin," kata Ceva saat memberi keterangan melalui kanal YouTube PB IDI terkait 'Bagaimana Cara Agar Terhindar Dari Badai Sitokin', Jumat (27/8).

Menurut Ceva, kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia dan penyakit bawaan atau komorbid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Ceva mengatakan tak semua pasien Covid-19 yang mengalami kelainan sitokin masuk dalam kategori badai atau parah. Ada pula yang hanya sebatas riak hingga gelombang.

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab sitokin diproduksi secara berlebihan hingga menyerang organ tubuh. Respons imun disebut sebagai salah satu pemicu kondisi ini.

Badai sitokin dalam tubuh dapat diketahui dengan munculnya sejumlah gejala seperti demam dan sesak napas.

"Pas sudah tinggi pasti terasa. Demam, sesak, mungkin kalau monitor di saturasi makin turun atau kemudian dia alami serangan jantung karena penggumpalan darah. Itu bisa ditebak sitokin tinggi," tutur Ceva.

Untuk saat ini, Ceva menyebut sebagian besar pasien yang mengalami badai sitokin cenderung bisa diatasi. Hampir 60 persen pasien yang mengalami badai sitokin bisa disembuhkan kembali.

Saat pasien Covid-19 mengalami badai sitokin penanganan paling pertama yang dilakukan tenaga medis adalah memberi beberapa macam obat hingga proses transfusi darah.

"Kadang harus cuci darah dengan plasma exchange atau cuci darah beneran. Atau kita bisa menggunakan obat anti atau pengatur imun. Atau menggunakan obat penangkal kekebalan seperti steroid. Itu untuk sel-sel kekebalan agar lebih tenang," kata dia.

Dia juga menganjurkan agar pasien Covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri bisa mengenali gejala dan respon tubuhnya sendiri. Jika merasa mengalami penurunan kondisi segera lakukan pemeriksaan ke rumah sakit.

"Banyak minum vitamin bisa meredakan reaksi imunitas kita. Konsumsi vitamin D mineral, zink itu yang bisa redam sedikit peningkatan sitokin," tutur Ceva.

(tst/ptj)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER