Orang Eropa merupakan bagian besar dari populasi Tunisia pada awal abad ke-20.
Konstitusi 1857 memungkinkan mereka untuk memiliki tanah dan membeli rumah, dan lingkungan Eropa berkembang di beberapa kota.
Di ibu kota, kepemilikan properti oleh orang asing termasuk di daerah Lafayette dan Monfleury, dan apa yang sekarang menjadi Jalan Habib Bourguiba yang ikonik, dinamai menurut nama bapak kemerdekaan Tunisia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada 12.305 properti milik asing di Tunisia, menurut statistik resmi, dengan 7.645 di antaranya diserahkan kepada negara di bawah kontrak properti Prancis-Tunisia.
Asosiasi lokal telah menyerukan strategi untuk "melestarikan lanskap arsitektur bersejarah".
Amel Zribi, kepala badan pemerintah untuk warisan dan budaya, mengatakan akan menjadi "kejahatan" untuk tidak menjaga tempat-tempat yang merupakan bagian dari "ingatan kolektif".
Tetapi prospeknya suram pada saat Tunisia menghadapi salah satu krisis ekonomi dan politik terburuk dalam sejarahnya.
Bertrand Ficini, dari lembaga pembangunan Prancis AFD, juga pesimis.
Penggalangan dana untuk inisiatif pelestarian warisan tidak terlalu signifikan dalam beberapa tahun terakhir, katanya.
Akhir tahun lalu, badan tersebut berkomitmen 12 juta euro (sekitar Rp202 triliun) untuk proyek restorasi yang melibatkan kota-kota tua, termasuk lingkungan Eropa, Ficini mengatakan kepada AFP.
Meski demikian, "pelestarian warisan budaya, khususnya warisan Eropa, tidak menjadi prioritas bagi mitra kami", keluhnya.