Kemunculan iklan video Aku Bukan Homo di YouTube Kids menimbulkan kekhawatiran pada sejumlah orang tua. Pasalnya, memberi pengawasan penuh akan tontonan anak tentu bukanlah hal mudah, apalagi bagi para orang tua yang bekerja serta padat aktivitas.
Untuk itu, penting setidaknya memberi bekal serta pemahaman pada anak soal tontonan apa saja yang dapat disaksikan kala Anda tidak sedang mendampinginya.
Psikolog klinis Nurulia Rahma berbagi sejumlah panduan yang dapat diterapkan orang tua dalam mengedukasi anak tentang tontonan yang sesuai usia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut psikolog yang kerap disapa Rahma itu, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memberi aturan jelas mengenai apa yang boleh ditonton/dilihat dan apa yang tidak boleh.
"Untuk memudahkan anak, buat klasifikasi tontonan dan berikan contohnya," kata Rahma dalam keterangan melalui pesan singkat saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (14/9).
Dia kemudian memberikan contoh klasifikasi yang dimaksud seperti:
1. Sangat baik, misalnya segala sesuatu yang terkait dengan nilai nilai kehidupan, seperti agama, nilai moral atau adab dan akhlak
2. Baik, misalnya segala tontonan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seperti sistem pencernaan, luar angkasa, kehidupan laut, dan lainnya
3. Biasa saja, misalnya film, lagu-lagu atau apapun yang sifatnya netral
4. Buruk, yaitu tontonan yang akan menimbulkan dampak tidak baik pada anak. Apapun itu. Misalnya film, lagu, games yang ada adegan kekerasan dan seksual atau penyimpangan seksual.
"Dengan ini akan memudahkan anak untuk memilih apa yang boleh ditonton dan yang tidak boleh. Anak pun dapat membandingkan sendiri apa yang dilihatnya termasuk dalam klasifikasi yang mana," kata Rahma.
"Ini juga akan memudahkan orang tua saat berdiskusi dengan anak mengenai apa yang ditontonnya," tambahnya.
Langkah berikutnya yang dapat dilakukan yakni memberi penjelasan dan aturan bahwa apa yang dilihat pun ada klasifikasi usia.
Ada tontonan untuk bayi dan balita, ada yang untuk anak anak, ada yang untuk remaja, serta ada yang untuk dewasa.
"Sampaikan bahwa pada usia yang lebih rendah, tidak boleh melihat tontonan untuk usia di atasnya tapi untuk usia yang lebih besar boleh melihat tontonan yang di bawah usianya.Contohnya, anak remaja boleh melihat tontonan untuk bayi dan anak- anak namun tidak boleh melihat tontonan untuk dewasa," ujar Rahma.
Selain memberikan penjelasan tersebut, Rahma juga mengingatkan untuk memberi sejumlah aturan sebelum memberikan gadget kepada anak.
Simak aturan atau batasan yang dapat diberikan orang tua dalam mengedukasi anak soal tontonan di halaman berikut.