Jika sempat melintasi Desa Mayong, wisatawan bisa mendatangi ahli pembaca nasib melalui garis telapak tangan atau bantuan pecahan kaca dan kerang.
Ada banyak 'orang pintar' di Desa Mayong yang disebut bez atau ojaa. Mengutip The Culture Trip, mereka tidak menggunakan obat medis untuk mengobati penyakit, melainkan ilmu hitam dan kemungkinan besar makhluk halus yang bekerja untuk mereka sebagai asisten.
Teknik yang digunakan mereka salah satunya dengan menempatkan piring tembaga pada sumber luka di tubuh pasien dan menunggu piring untuk "memakan" rasa sakit tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika rasa sakitnya terlalu parah, piring akan terlalu panas dan pecah ke tanah.
Mereka juga sering dimintai bantuan untuk mencari barang hilang. Jika seseorang kehilangan sesuatu, dukun akan menempatkan bunga di mangkuk logam.
Menurut penduduk setempat, mangkuk itu kemudian akan bergerak di tanah, sepenuhnya dengan sendirinya, hingga mencapai lokasi barang yang hilang atau dicuri.
Ada banyak sekali mantra dikabarkan ada di Mayong, tapi menurut mitologi, tak satu pun dari mantra tersebut memiliki kekuatan untuk mengubah cuaca.
Kata Naba Deka, penduduk setempat di daerah itu, "ada mantra untuk mengubah daun menjadi ikan, atau orang jahat menjadi binatang, tetapi sihir tidak dapat melawan kemarahan alam, jadi tidak ada mantra untuk melawan banjir tahunan."
Setiap tahun, segelintir orang India melakukan perjalanan ke Mayong baik untuk berlatih ilmu hitam dan mempelajari rahasia ilmu sihir atau untuk mengunjungi Suaka Margasatwa Pobitora yang berdekatan, yang menjadi habitat badak India terpadat di dunia.
Sebelum pandemi virus corona, setiap tahunnya digelar Festival Mayong-Pobitora, yang merayakan perpaduan antara satwa liar dan sihir.
(ard)