Ahli Sebut Wabah Ebola Bisa Ditaklukkan Usai 40 Tahun

CNN Indonesia
Jumat, 17 Sep 2021 20:30 WIB
Profesor asal Kongo, Jean Jacques Muyembe menyatakan bahwa perawatan medis dan vaksin dipastikan bisa mengendalikan virus Ebola.
Profesor asal Kongo, Jean Jacques Muyembe menyatakan bahwa perawatan medis dan vaksin dipastikan bisa mengendalikan virus Ebola. (AFP/Pamela Tulizo)
Jakarta, CNN Indonesia --

Wabah virus Ebola yang ditemukan sejak 40 tahun lalu akhirnya bisa ditaklukkan. Profesor asal Kongo yang pertama kali menemukan virus mematikan ini, Jean Jacques Muyembe menyatakan perawatan medis dan vaksin dipastikan bisa mengendalikan virus Ebola.

Ahli virologi yang kini genap berusia 79 tahun itu hadir dalam upacara yang digelar di Republik Demokratik Kongo tepatnya di Ibu Kota Kinshasa.

Upacara ini digelar dalam rangka menyambut kedatangan Ebanga, pengobatan Ebola yang telah disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perawatan klinis dan vaksin ini didatangkan agar menanggulangi virus yang kerap berakibat fatal saat menyerang seseorang.

"Selama 40 tahun saya menjadi saksi sekaligus pemain dalam perang melawan penyakit ini. Hari ini saya bisa mengatakan, Ebola bisa ditaklukkan, dicegah, bahkan disembuhkan," kata Muyembe, seperti dikutip AFP.

Dia mengaku menjadi orang Kongo yang paling bahagia atas hal ini.

Ebanga merupakan antibodi monoklonal dari manusia yang digunakan untuk mencegah virus memasuki sel dan dapat mengurangi resiko kematian saat terkena ebola.

Ebanga dikenal sebagai 'molekul Kongo' sesuai dengan pernyataan dari ahli biologi Amerika Serikat, Nancy Sullivan yang melakukan penelitian dengan Muyembe.

Temuan Ebola dan awal mula Ebanga

Pada 1976, virus ini pertama kali ditemukan Muyembe yang saat itu masih menjadi ahli epidemiologi di lapangan. Dia mendatangi desa Yambuku yang berada di DRC Utara, saat ini daerah tersebut dikenal dengan nama Zaire.

Muyembe mengambil sampel dari seorang biarawati yang sakit, kemudian sampel tersebut dia kirim ke Belgia dan diterima oleh seorang ahli mikrobiologi Peter Piot yang disalahartikan sebagai penemu Ebola.

Ebola diambil dari nama sungai yang berada di dekat Yambuku.

"Saat itu saya mengambil sampel dengan tangan kosong karena ada darah yang mengalir," kata Muyembe kepada AFP.

Setelah beberapa lama, penyakit ini sempat dilupakan dan muncul kembali di tahun 1995 bersamaan dengan munculnya epidemi diare merah yang terjadi di Kikwit, sebuah kota dengan penduduk 400.000 jiwa di DRC Utara.

Saat itu, Muyembe merawat delapan pasien dan memberi transfusi darah dari seseorang yang tengah menjalani pemulihan dari ebola. Tujuh dari delapan orang itu selamat.



Setelah itu, Muyembe menemukan ide untuk Ebanga dan melakukan uji coba pertama kali pada 2018 lalu.

Sejak virus ini muncul, sebanyak 15.000 orang telah meninggal karena terpapar ebola. Orang yang terkena ebola akan mengalami kenaikan suhu tubuh, muntah, pendarahan dan diare.

(tst/agn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER