Berkendara di Bali bisa dibilang cukup menantang. Di tengah kota biasanya jalanannya lebar, sehingga perlu kehati-hatian saat ingin berbelok.
Ada juga jalanan yang menembus ke dalam gang, sehingga butuh keahlian untuk melaluinya. Selain itu, ada juga jalanan yang sempit dengan tikungan curam.
Kalau menggunakan sepeda motor, kenakanlah helm dan tak perlu ikut-ikutan nekat menyalip ke tengah jalan - seperti yang banyak dilakukan wisatawan mancanegara yang kurang bertanggungjawab.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siap-siap juga isi bensin, terutama jika ingin road-trip ke daerah pelosok yang sepertinya jarang SPBU atau medannya berbukit. Kembali lagi ke poin dua, siapkan uang tunai untuk membeli bensin yang biasanya dijajakan warga di warung lokal.
Jangan terlalu percaya juga dengan informasi arah dari peta digital, karena banyak jalanan yang hanya bisa dilalui dengan sepeda motor. Bertanyalah dengan ramah kepada penduduk lokal saat kesulitan mencari alamat.
Cek ulasan tempat menginap sebelum memesannya, sehingga kita bisa mengetahui keamanan lokasi dan fasilitas properti dari penampakan di peta digital atau testimoni tamu sebelumnya.
Poin ini juga penting bagi wisatawan wanita yang hendak pelesir ke Bali seorang diri.
Walau sudah berada di dalam kamar hostel, hotel, atau vila, tetap simpan barang berharga di tempat yang aman, demi menghindari ancaman pencurian. Terkadang pelaku kriminalnya ialah sesama wisatawan.
Begitu juga menjaga barang berharga saat kongko di tempat umum, seperti kafe, bar, atau pantai.
Bagi yang hendak pulang malam sembari berjalan kaki, waspada dengan ancaman penjambretan di pinggir jalan.
Teriknya matahari membuat tubuh jadi cepat lemas, jadi jangan lupa minum air mineral untuk rehidrasi. Bawa air mineral dalam botol isi ulang saat hendak berkegiatan di luar ruangan.
Bagi yang hendak kongko di bar, perhatikan kadar alkohol yang dikonsumsi. Jangan memaksakan diri minum sampai mabuk, sehingga hilang kesadaran untuk menjaga diri dan barang bawaan. Apalagi jika harus berkendara atau pulang jalan kaki setelahnya.
Tolak minuman dari orang tidak dikenal yang kemasannya sudah terbuka atau kita sendiri tidak melihat cara pembuatannya.
Jangan membeli oleh-oleh yang dibuat dari bahan yang merusak kelestarian alam, baik fauna atau flora. Begitu juga menikmati wisata yang konsepnya mengeksploitasi makhluk hidup.
Hindari membeli dagangan dari penjaja cilik yang keluyuran saat jam sekolah, sehingga mengurangi dampak buruk pekerja anak.
Jika datang ke objek wisata yang memberdayakan warga lokal dan punya konsep konservasi, sisihkan uang untuk berdonasi.
Kalau ingin ke objek wisata populer, sebaiknya datang "lebih pagi" demi menghindari kerumunan wisatawan sekaligus kemacetan menuju areanya. Perhatikan juga cara berbusana ke sana, karena jika tempatnya sakral maka pengunjung wajib berbaju sopan.
Buanglah sampah pada tempatnya dan patuhi protokol kesehatan pencegahan virus corona yang ditetapkan pengelola objek wisata.
Di tengah pandemi virus Corona, perjalanan wisata masih dikategorikan sebagai perjalanan bukan darurat, sehingga sebaiknya tidak dilakukan demi mencegah penyebaran dan penularan Covid-19, terutama di daerah yang masih minim fasilitas kesehatannya.
Jika hendak melakukan perjalanan antarkota atau antarnegara, jangan lupa menaati protokol kesehatan pencegahan virus Corona, dengan mengenakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak fisik antarpengunjung. Jangan datang saat sakit dan pulang dalam keadaan sakit.