SURAT DARI RANTAU

Menikmati Kepadatan Hong Kong di Tengah Pandemi

Dilla Rakhiemah | CNN Indonesia
Minggu, 26 Sep 2021 16:33 WIB
Objek wisata alam di Hong Kong memang tak sebanyak Indonesia. Namun, tetap bisa menjadi pelipur lara penduduk kota padat ini selama pandemi.
Pemandangan distrik bisnis di Hong Kong dari ketinggian. (Dale DE LA REY / AFP)

Selain taman-taman kota - yang terbesar ialah Taman Victoria, penduduk Hong Kong juga biasanya berwisata alam ke pinggiran kota. Jumlah objek wisata alam yang bisa di pilih di sini memang tak bisa dibandingkan dengan Indonesia, tapi cukup menyenangkan saat disambangi demi melepas penat dari kesibukan kota.

Selama pandemi virus corona, semakin banyak juga anak muda yang memilih berwisata alam. Olahraga air seperti waterboarding atau kayaking. Tak sedikit juga yang rutin mengadakan trip trekking singkat saat akhir pekan, seperti ke Dragon's Back.

Karena jumlahnya yang tak banyak, pemerintah Hong Kong sangat perhatian dengan keberadaan objek wisata alamnya, terutama dalam hal kebersihannya dan kemudahan aksesnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di halaman situs Badan Pariwisata Hong Kong (Hong Kong Tourism Board/HKTB), wisatawan mancanegara bisa dengan mudah melihat informasi mengenai jam buka hingga rute transportasi umum menuju ke objek-objek wisata alam ini.

Beautiful view of pond at the lush Hong Kong Park surrounded by skyscrapers in the Central business district in Hong Kong island. Sunny day with blue sky.Pemandangan di Taman Hong Kong. (Istockphoto/ Bennymarty)

In this picture taken on February 29, 2020, hikers take pictures on High Junk Peak overlooking Clearwater Bay in the Tsuen Kwan O area of Hong Kong. - Remote hiking trails are offering Hong Kongers an open-air escape from the coronavirus fears that have engulfed the densely-populated city and triggered the closure of public facilities and schools. (Photo by Yan ZHAO / AFP) / To go with AFP story Hong Kong-health-virus-lifestyle by Yan ZhaoFoto tahun 2020. Penduduk Hong Kong menikmati pemandangan di High Junk Peak. (Yan ZHAO / AFP)

Rasanya cukup berbeda dengan layanan wisata di Indonesia, di mana wisatawan harus melakukan pencarian "secara manual" ke banyak sumber, sebelum akhirnya bisa "percaya diri" untuk berwisata ke objek wisatanya. Jangankan informasi berbahasa Inggris untuk wisatawan mancanegara, panduan bagi wisatawan domestik saja kurang detail.

Saya jadi teringat saat hendak mengajak kawan-kawan saya dari Amerika Serikat dan Australia ke Taman Safari di Bogor dengan keberangkatan dari Jakarta. Sepanjang perjalanan, dari naik angkot, ojek, sampai kereta, saya merasa kalau belum banyak informasi mengenai cara menuju ke sana bagi wisatawan, terutama yang dari mancanegara, sehingga saya merasa sepertinya tidak mungkin melepas teman-teman saya ini pelesir sendirian.

Menjelang dibukanya lagi gerbang pariwisata di Indonesia, saya pikir sangat penting bagi pihak terkait untuk membenahi hal ini, sehingga potensi objek wisata bisa dinikmati oleh lebih banyak wisatawan dan buah dari keramaian datangnya turis dapat dinikmati oleh lebih banyak penduduk lokalnya.

--- 

Surat dari Rantau adalah rubrik terbaru di CNNIndonesia.com. Rubrik ini berupa "curahan hati" dari WNI yang sedang menetap di luar negeri. Bisa mengenai kisah keseharian, pengalaman wisata, sampai pandangan atas isu sosial yang sedang terjadi di negara yang ditinggali. Tulisan yang dikirim minimal 1.000 kata dan dilengkapi minimal tiga foto berkualitas baik yang berhubungan dengan cerita. Jika Anda ingin mengirimkan cerita, silakan hubungi [email protected]



(ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER