7 Hal yang Perlu Diperhatikan Saat 'Break' dari Hubungan
'Aku ingin kita break dulu'. Permintaan ini rasanya lebih mengerikan daripada minta putus. Setelah perdebatan melelahkan dan tak ada titik temu, akhirnya 'break' dirasa jadi keputusan yang baik.
"Perpisahan bisa sangat memulihkan. Saat situasi begitu rumit, memberikan jarak untuk mendapatkan kejelasan itu penting," jelas Ann Rosen Spector, psikolog klinis di Philadelphia, mengutip dari Women's Health Magazine.
Mengambil 'break' berarti mengambil jeda sementara, merasakan momen tanpa pasangan, menghabiskan waktu untuk pertumbuhan diri dan menilik hubungan yang sudah berjalan.
Hubungan yang sehat tidak berarti terus menghabiskan waktu bersama. 'Break' akan membuat pasangan merasakan perbedaan saat ada si dia dan sendirian lalu memutuskan mana yang terbaik.
Apa saja yang perlu diperhatikan saat mengambil keputusan untuk break?
1. Momen yang tepat
'Break' bukan jawaban saat Anda merasa takut mengakhiri hubungan, ingin mendekati orang lain atau niat menghukum pasangan. Sebagaimana dilansir Life Hack, keputusan 'break' baik diambil saat terjadi pertengkaran akan suatu topik dan adu argumen terus terjadi.
Anda pun bisa meminta jeda saat menemukan keraguan soal komitmen misal ajakan menikah sehingga perlu waktu untuk menimbang lebih jauh.
'Break' juga baik diambil saat Anda menemukan pasangan berselingkuh dan perlu waktu untuk menemukan keputusan atau tindak lanjut terbaik.
Kemudian untuk mereka yang sudah menjalin hubungan lama lalu timbul rasa kurang puas, 'break' akan membantu menemukan apa yang memicu rasa kurang puas. Alasan-alasan ini harus jelas dikemukakan pada pasangan sebelum mengambil 'break'.
2. Tidak lebih dari 6 minggu
Keputusan ini disebut 'break' karena memang hanya berlangsung sementara. Berikan jangka waktu yang jelas. Hatty J. Lee, terapis, tidak merekomendasikan 'break' lebih dari 6 minggu. Kenapa?
"Dari perspektif klinis, saya membayangkan Anda dalam krisis hubungan. Jadi secara klinis, apa yang kita tahu adalah bahwa Anda mengalami krisis selama 4-6 minggu paling lama, di mana Anda akan adaptasi terhadap krisis dan menemukan sesuatu, mungkin bertahan dengan cara tidak sehat, atau Anda akan mengembangkan kemampuan untuk berjalan maju," katanya.
3. Fokus pada diri sendiri
Jadikan 'break' kesempatan untuk fokus pada diri sendiri. Liz Goldwyn, pendiri platform edukasi seks, kesehatan dan kesadaran The Sex Ed, mengatakan mengambil 'break' sebaiknya digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan Anda. Pun ini berlaku buat pasangan.
"Saya menemukan waktu bisa jadi segalanya dalam hubungan. Orang tidak selalu sepaham soal kebutuhan dan hasrat (tingkat komitmen juga ambisi)," kata Goldwyn seperti dikutip Refinery29.
Simak hal yang perlu diperhatikan lainnya saat break dengan pasangan di halaman berikut.