Pasar Barang Antik di Afghanistan Merindukan Ekspatriat

CNN Indonesia
Kamis, 30 Sep 2021 14:21 WIB
Salah satu dagangan di pasar barang antik Kabul ialah karpet. Namun hanya ekspatriat atau penduduk Afghanistan kaya yang bisa membelinya.
Ilustrasi karpet. (Wikimedia Commons/Lluis Satorre Gonzalez)

'Saya ingin melayani rakyat'

Haji Jalil telah menjual pajangan porselen -- beberapa di antaranya berusia hingga 300 tahun -- selama hampir 30 tahun.

"Bisnis kami tidak bagus selama dua tahun terakhir," katanya di toko Chicken Street-nya, menyalahkan krisis Covid-19 sebagai awal penurunan penjualan.

"Jalan ini sepenuhnya bergantung pada ekonomi," katanya kepada AFP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika kondisi keuangan masyarakat baik, mereka datang dan membeli barang-barang dekoratif seperti karpet, kerajinan tangan sampai batu mulia.

"Sekarang bisnis di seluruh Afghanistan tidak berjalan dengan baik."

Namun, pria berusia 65 tahun itu mengatakan dia tidak punya rencana untuk pergi.

"Saya ingin melayani rakyat negara ini," katanya.

"Bisnis kami mungkin bagus di luar Afghanistan dan orang asing mungkin datang dan membeli produk kami.

"Tapi saya ingin melakukan bisnis saya di Afghanistan dan tidak berpikir untuk melakukannya di tempat lain."

Lebih jauh ke Chicken Street, para pria menjual jus delima segar, pisang, dan semangka dari gerobak saat sekelompok kecil pejuang Taliban menontoninya.

Toko Haji Niyaz mungkin nampak ramai, meskipun pembuat roti berusia 40-an mengatakan kepada AFP bahwa bisnisnya juga terancam.

"Ekonomi lemah," katanya, dan harga tepung dan gas naik.

"Dulu kami memanggang 4.000 roti setiap hari, tapi sekarang kami hampir tidak bisa memanggang 2.000. Saya rasa kami tidak bisa melanjutkan.

"Jika kondisi saat ini berlanjut selama 10 hari lagi,semua toko yang beroperasi di Afghanistan akan tutup."



(afp/ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER