Takut berobat
Setiap orang tentu terguncang ketika divonis menderita penyakit yang cukup berbahaya. Hal ini juga dirasakan Emil, apalagi dia juga menerima informasi pasien AMD kerap kehilangan penglihatannya.
Runtuh dunia Emil kala itu, dia bertanya apakah ada pengobatan yang bisa dilakukan untuk meminimalisir risiko kebutaan yang bisa dialami kepada dokternya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dokter bilang, mata saya harus ditusuk. Kaget saya. Masa ditusuk, yang panik bukan saya saja, seisi rumah panik waktu itu," ujar Emil.
Tapi saat itu, dia dikuatkan oleh anggota keluarga lainnya. Apalagi saat itu cicit pertamanya baru lahir.
Menggendong cicit sambil menatap matanya yang berbinar di gendongan jadi salah satu penguat Emil di meja operasi.
"Ketika terbaring di tempat operasi, saya diingatkan fokus jangan ke operasi tapi ke hal yang bikin enjoy, gambaran cicit. Perhatian saya ke cicit saat mata ditusuk itu yang membuat saya melewati semua instruksi dokter," katanya.
Ternyata tusukan itu bukan yang pertama, hingga saat ini Emil telah menjalani tiga kali tusukan untuk mengobati AMD yang dia derita.
![]() ilustrasi mata |
Percaya dokter
Setelah dua puluh tahun lebih menderita AMD dan hingga saat ini masih diberi kesempatan melihat dunia, Emil berbagi kunci utamanya adalah mengikuti setiap saran dokter.
Tak hanya itu, disiplin juga menjadi kunci agar mata bisa tetap berfungsi meski memang tak sembuh 100 persen.
"Percaya ke dokter, ikuti instruksi ketat dan cek tiap kali pada waktu yang ditetapkan dokter," katanya.
Emil menyebut sejak 1972 dia memang rutin ke dokter mata meski kala itu belum divonis menderita AMD. Hingga saat ini dia juga tetap menjalani perawatan.
Menurutnya penyakit apapun bisa diobati asal diketahui sejak dini. Dengan pengobatan yang dilakukan sejak awal risiko berbahaya dari penyakit apapun bisa diminimalisir.
"Banyak penyakit yang bisa diobati jika diketahui sedini mungkin. Penyakit bisa dihindari dengan pengecekan berkala," kata dia.
(tst/chs)