Menyudahi Diskriminasi Wisatawan di Bali

Yulia Adiningsih | CNN Indonesia
Minggu, 31 Okt 2021 09:14 WIB
Ilustrasi wisatawan mancanegara di Bali. (iStockphoto/Space_Cat)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bukan hal baru bahwa ada selentingan kabar perbedaan perlakuan untuk wisatawan lokal dan mancanegara di Bali. Belum lama ini, cuplikan video saat pegawai salah satu beach club di Bali marah-marah ke sekelompok tamu asal Indonesia beredar di media sosial. Belum diketahui dengan pasti awal mula terjadinya momen heboh tersebut.

Video viral itu tentu saja langsung mengundang banyak komentar. Bahkan netizen jadi terbelah dua kubu. Ada yang membela tamu dengan alasan bahwa "tamu adalah raja", tapi ada juga yang membela pegawai dengan alasan "tidak ada asap kalau tak ada api".

Di luar masalah video viral, CEO jaringan hotel Dijiwa Sanctuaries, Suwamana Wahyu Putra, tak memungkiri bahwa "isu diskriminasi turis" memang sudah seperti rahasia umum di Pulau Dewata. Bahkan, dirinya sempat jadi korban.

Pria yang akrab disapa Wahyu ini bercerita, saat itu ia hendak melakukan rapat dengan rekan kerjanya yang merupakan ekspatriat Prancis di salah satu restoran terkenal.

Setibanya di sana, bukan sambut hangat yang ia dapat, melainkan tatapan yang membuatnya tak nyaman dari salah satu pelayannya. Berbeda dengan sikap yang diterima oleh rekannya.

"Saya datang dengan pakaian santai, celana pendek dan sandal jepit, tapi tetap rapi. Karena suasana restorannya juga santai. Lagi pula ini kan Bali. Rekan saya juga berpakaian santai. Tapi sambutan pelayan restoran itu rasanya lebih ramah kepada rekan kerja saya," kata Wahyu bercerita kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon pada beberapa hari yang lalu.

Menurut Wahyu - yang sebelumnya pernah menjadi pekerja "garda terdepan" saat merintis karier di bidang perhotelan pada tahun 1998 - pemikiran bahwa "wisatawan mancanegara lebih patut dihormati karena membawa lebih banyak duit ketimbang wisatawan lokal" merupakan sikap yang sudah sangat ketinggalan zaman.

"Sangat kolonial. Dari zaman penjajahan kita sudah dicuci otak. Orang yang berkulit putih dan berhidung mancung dianggap lebih patut dihormati," ucapnya.

Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...

Menyudahi Diskriminasi Wisatawan di Bali


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :