Pada tahun 1998, pendaki asal Amerika, Francys Arsentiev ditemukan hampir mati beku oleh dua pendaki lainnya, Ian Woodall dan tunangannya, Cathy O'Dowd, hanya 300 meter dari puncak Gunung Everest.
Pasangan itu akhirnya membatalkan pendakian mereka untuk membantu Arsentiev, tetapi sudah terlambat.
Saat mendiskusikan nasib tragis Francys dengan Telegraph, mereka mengingat kata-kata terakhirnya yang menghantui: "Jangan tinggalkan aku."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Francys, yang dikenal sebagai "Sleeping Beauty (Putri Tidur)", telah berhasil menjadi wanita pertama yang mencapai puncak Everest tanpa menggunakan oksigen tambahan sebelum kematiannya.
Dia mendaki bersama suaminya, Sergei, yang dinyatakan hilang setelah mencoba mencari tabung oksigen dan obat-obatan dari pendaki lain.
Sebelum "Si Putri Tidur", pendaki asal Jerman bernama Hannelore Schmatz adalah wanita pertama yang tewas saat mencoba mencapai puncak Everest pada tahun 1979.
Dia berada 100 meter dari puncak Everest, saat hendak turun, ketika dia menjadi terlalu lelah untuk melanjutkan perjalanannya.
Tubuhnya ditemukan membeku dalam posisi berbaring. Jenazahnya dinamakan "Si Wanita Jerman" oleh pendaki lainnya.
![]() |
Pada tahun 1934, 10 tahun setelah upaya George Mallory yang gagal, seorang pilot asal Inggris bernama Maurice Wilson percaya bahwa kombinasi puasa dan doa adalah semua yang dia butuhkan untuk mencapai puncak Everest.
Rencananya adalah untuk terbang ke titik tertinggi dan berjalan sampai ke puncak Everest, tetapi dia tidak memiliki pengalaman terbang atau pengalaman mendaki.
Setelah beberapa perjalanan yang kacau ke dan dari pangkalan, George tidak pernah kembali. Mayatnya ditemukan terkubur di salju setahun kemudian.
Dalam komunitas pendakian, mencapai 'Seven Summit (Tujuh Puncak)' alias tujuh gunung tertinggi di dunia adalah sebuah kehormatan.
Pada usia 47 tahun, Yasuko adalah wanita tertua yang melakukan perjalanan mendaki Everest pada saat itu.
Dia telah mendaki enam puncak gunung tertinggi di dunia, sebelum menjadi korban dari tragedi badai salju tahun 1996.
(ard)