100 TAHUN PENDAKIAN EVEREST

1996, Tahun Terhoror dalam Sejarah Pendakian Everest

CNN Indonesia
Kamis, 04 Nov 2021 18:42 WIB
Tahun 1996 sering disebut sebagai tahun terburuk dalam sejarah pendakian Gunung Everest.
Suasana pendakian di puncak Gunung Everest pada tahun 2019. (iStockphoto)

1. Mayat Tertua

George Mallory berpartisipasi dalam dua ekspedisi paling awal yang dipimpin Inggris ke Gunung Everest pada tahun 1921 dan 1922, sebelum melakukan perjalanan terakhirnya dengan Andrew "Sandy" Irvine pada tahun 1924.

Kedua pria itu menghilang secara misterius selama pendakian, kemungkinan karena kondisi cuaca buruk.

Setelah beberapa upaya untuk menemukan tubuh mereka dan menelusuri kembali langkah mereka, jenazah George akhirnya ditemukan pada tahun 1999, atau 75 tahun setelah perjalanan mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

2. Si Sepatu Hijau

Sepatu Hijau adalah salah satu korban dalam bencana badai salju pada tahun 1996. Usai amukan alam mereda, jenazahnya ditemukan terkubur dalam cerukan salju. Hanya sepatu hijaunya yang terlihat.

Ditemukan di dekat puncak, banyak orang yang mengatakan kalau jenazah itu ialah Tsewang Paljor, salah satu dari tiga pemandu yang hilang dari salah satu ekspedisi.

Hingga saat ini jenazahnya masih ada di tempatnya meninggal. Tubuhnya digunakan sebagai penanda jejak bagi pendaki bahwa mereka hendak mendekati puncak sisi utara gunung.

FILE - In this May 27, 2020, file photo released by Xinhua News Agency, members of a Chinese surveying team head for the summit of Mount Everest, also known locally as Mt. Qomolangma. China and Nepal have jointly announced on Tuesday, Dec. 8, 2020, a new height for Mount Everest, ending a discrepancy between the two nations. (Tashi Tsering/Xinhua via AP, File)Pendakian tim China untuk mengukur ketinggian Gunung Everest pada tahun 2020. (Tashi Tsering/Xinhua via AP, File)

3. Si Pendaki Solo

Setelah dua kali gagal naik puncak Everest dengan timnya pada tahun 2003 dan 2004, seorang pendaki bernama David melakukan perjalanan ketiga dan terakhirnya pada tahun 2006 dengan konsep pendakian solo.

Dia bertekad untuk melakukan perjalanan tanpa oksigen tambahan dan peralatan minimal.

Tidak jelas apakah dia benar-benar berhasil mencapai puncak, tetapi banyak pendaki yang mengaku melihat sosoknya terduduk di dekat cerukan tempat wafatnya Sepatu Hijau.

Tewasnya David dalam pendakian sempat menimbulkan kontroversi, karena lokasi jenazahnya sebenarnya dilalui setidaknya 40 pendaki.

Pendaki-pendaki ini juga dituduh egois karena melupakan keselamatan pendaki lain hanya demi naik ke puncak Everest.

Namun ada pendaki yang buka suara, karena sebenarnya kondisi David sudah tak tertolong lagi sejak ditemukan pendaki yang pertama.

Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...



Kisah Tragis 7 Mayat-mayat Beku di Gunung Everest (Bagian 2)

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER