Jakarta, CNN Indonesia --
Wisatawan mancanegara telah disambut kembali di India setelah gerbang wisata internasional kembali dibuka pada Senin (15/11).
Tetapi, para turis harus berani menghadapi "musim polusi" yang intens untuk mengunjungi objek wisata paling terkenal di negara itu.
Di sekitar taman megah Taj Mahal, kualitas udara memang tercatat selalu memburuk setiap musim dingin, menyelimuti makam marmer putih dalam lapisan tebal kabut asap berbahaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah yang sama dirasakan di penjuru kawasan utara India, di mana kebakaran lahan musiman bergabung dengan knalpot kendaraan dan emisi pabrik, sehingga menyelimuti seluruh kota dalam kabut kuning-abu-abu.
Tetapi beberapa ratus orang yang memberanikan diri ke Taj Mahal pada hari Selasa (16/11) - turun dari 20 ribu kunjungan setiap hari sebelum pandemi - tidak gentar.
"Kita semua tahu bahwa India bisa tercemar dan kualitas udaranya (bukan) yang terbaik," kata Lachlan Mazzer (33), seorang warga Australia yang meluangkan waktu di akhir perjalanan bisnisnya untuk mengunjungi Taj Mahal sebelum kembali ke rumahnya.
"Tapi saya bahkan tidak pernah menganggap polusi sebagai alasan untuk tidak datang."
Beberapa hari belakangan ini termasuk yang terburuk untuk level kabut asap di kawasan sekitar Taj Mahal, dengan konsentrasi partikel PM2.5 paling berbahaya mencapai hampir 160 mikrogram per meter kubik pada Senin (15/11), angka pemerintah menunjukkan.
Angka tersebut lebih dari 10 kali lipat dari batas harian maksimum yang direkomendasikan oleh (WHO) Organisasi Kesehatan Dunia.
"Dua hari yang lalu, polusinya sangat buruk sehingga saya tidak bisa melihat Taj Mahal dari jarak 10 meter," kata Shaman, salah satu penjaga gedung, kepada AFP.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Menjelang fajar pada hari Selasa, monumen Taj Mahal yang terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO itu sedikit terlihat di tengah kabut.
Pemandangan ini cukup menyenangkan bagi wisatawan yang datang untuk kabur dari cengkeraman musim dingin di kawasan lain.
"Polusi ada di mana-mana, saya rasa," kata Shweta Gupta, yang mengunjungi monumen itu dari rumahnya di ibu kota New Delhi.
"Ketika Anda berada di kota-kota kecil [India], polusi lebih banyak di sana."
Industri pariwisata masih terpuruk
Taj Mahal adalah simbol cinta abadi dan daya tarik wisata utama India, dibangun pada abad ke-17 oleh kaisar Mughal Shah Jahan untuk menghormati kenangan akan istri kesayangannya.
Taj Mahal ditutup untuk waktu yang lama sejak Maret 2020, setelah gelombang infeksi Covid-19 berturut-turut membuat sistem kesehatan masyarakat negara itu hampir runtuh dan mendorong penguncian perbatasan.
Tindakan sanitasi yang ketat tetap diberlakukan di lokasi, di mana pengunjung diinstruksikan secara ketat untuk tidak menyentuh permukaan monumen yang terbuat dari marmer berkilau.
Pemandu wisata Nitin Singh mengatakan dia dan rekan-rekannya tidak sabar untuk menyambut wisatawan mencanegara, dan mengatakan kepada AFP bahwa dia baru kembali bekerja selama hampir dua tahun libur.
"Semua bisnis lain, semua orangnya sudah mulai bekerja, tetapi industri perhotelan masih sangat menderita," katanya
"Saya sangat berharap keadaan akan segera membaik."
Setelah penutupan 20 bulan karena pandemi, India pada hari Senin membuka kembali perbatasannya untuk pengunjung dari hampir 100 negara dengan pengaturan perjalanan timbal balik.
Tetapi operator tur mengatakan permintaan masih sangat rendah, berkat harga tiket yang tinggi dan pembatasan yang tersisa pada pelancong dari Inggris, China, dan tempat lain.
[Gambas:Photo CNN]