Menjelang fajar pada hari Selasa, monumen Taj Mahal yang terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO itu sedikit terlihat di tengah kabut.
Pemandangan ini cukup menyenangkan bagi wisatawan yang datang untuk kabur dari cengkeraman musim dingin di kawasan lain.
"Polusi ada di mana-mana, saya rasa," kata Shweta Gupta, yang mengunjungi monumen itu dari rumahnya di ibu kota New Delhi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika Anda berada di kota-kota kecil [India], polusi lebih banyak di sana."
Taj Mahal adalah simbol cinta abadi dan daya tarik wisata utama India, dibangun pada abad ke-17 oleh kaisar Mughal Shah Jahan untuk menghormati kenangan akan istri kesayangannya.
Taj Mahal ditutup untuk waktu yang lama sejak Maret 2020, setelah gelombang infeksi Covid-19 berturut-turut membuat sistem kesehatan masyarakat negara itu hampir runtuh dan mendorong penguncian perbatasan.
Tindakan sanitasi yang ketat tetap diberlakukan di lokasi, di mana pengunjung diinstruksikan secara ketat untuk tidak menyentuh permukaan monumen yang terbuat dari marmer berkilau.
Pemandu wisata Nitin Singh mengatakan dia dan rekan-rekannya tidak sabar untuk menyambut wisatawan mencanegara, dan mengatakan kepada AFP bahwa dia baru kembali bekerja selama hampir dua tahun libur.
"Semua bisnis lain, semua orangnya sudah mulai bekerja, tetapi industri perhotelan masih sangat menderita," katanya
"Saya sangat berharap keadaan akan segera membaik."
Setelah penutupan 20 bulan karena pandemi, India pada hari Senin membuka kembali perbatasannya untuk pengunjung dari hampir 100 negara dengan pengaturan perjalanan timbal balik.
Tetapi operator tur mengatakan permintaan masih sangat rendah, berkat harga tiket yang tinggi dan pembatasan yang tersisa pada pelancong dari Inggris, China, dan tempat lain.