Jakarta, CNN Indonesia --
Arch of Ctesiphon yang berusia 1.400 tahun di Irak, lengkungan batu bata terbesar di dunia, sedang direstorasi sebagai bagian dari upaya untuk mengembalikan rupa megahnya, kata pihak berwenang Rabu (24/11).
Monumen abad ke-enam yang terkenal, terletak sekitar 30 kilometer di selatan ibukota Baghdad, adalah struktur terakhir yang masih berdiri dari ibukota kekaisaran Persia kuno Ctesiphon.
Pekerjaan pemugaran pada "gapura", yang juga dikenal sebagai Taq-i Kisra dari nama Persia-nya, dilakukan pada tahun 2013 setelah lempengan besar jatuh karena lembab akibat hujan deras.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi batu bata baru juga mulai berjatuhan setelah hujan lebat tahun lalu.
Tahap pertama pekerjaan "darurat" yang dimulai pada Maret akan berakhir bulan depan, kata David Michelmore, pakar konservasi yang bekerja dengan tim arkeolog dari University of Pennsylvania.
"Apa yang runtuh saat ini bukanlah konstruksi asli Sassania, melainkan perbaikan modern," katanya kepada AFP.
"Ada cukup banyak rekonstruksi yang dilakukan pada 2013-2014 dan mungkin semua ini perlu diturunkan dan diganti," katanya.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Pembangunan lengkungan dimulai pada 540 Masehi selama perang panjang Dinasti Sassanid Persia dengan Kekaisaran Bizantium.
Lengkungan ini merupakan bagian dari kompleks istana yang dimulai tiga abad sebelumnya.
Dengan tinggi 37 meter dan panjang 48 meter, bangunan ini adalah lengkungan batu bata terbesar di dunia.
Menteri Kebudayaan Irak Hassan Nazim mengatakan pekerjaan itu bertujuan untuk "mengkonsolidasikan" situs tersebut, yang berada di dekat tepi Sungai Tigris dan berisiko terhadap infiltrasi air tanah.
Fase saat ini dibiayai berkat anggaran sebesar US$700 ribu (sekitar Rp9 miliar) dari Aliansi Internasional untuk Perlindungan Warisan di Area Konflik (ALIPH), kata Laith Majid Hussein, direktur Badan Kepurbakalaan dan Warisan Negara Irak.
Dia menyayangkan "banyak kesalahan" dalam restorasi sebelumnya, termasuk pemasangan "lapisan semen yang berat di lengkungan".
Tahap selanjutnya adalah "restorasi total" yang akan membantu memperkuat struktur dan mencegah keruntuhan, katanya.
Pada tahun 2004, Global Heritage Fund mengatakan bahwa, sebagai akibat dari kerusakan, lengkungan itu "dalam bahaya runtuh".
Peringatan itu terbukti nyata -- pada akhir 2012, sebuah lempengan sepanjang sekitar dua meter roboh.
[Gambas:Photo CNN]