Jakarta, CNN Indonesia --
Irak memang diberkahi alam yang indah, namun tak banyak tempat rekreasi yang bisa disambangi di sana. Baghdad Zoo yang berada di ibu kota menjadi destinasi wisata pelipur lara warganya.
Berdiri di atas lahan seluas 81 hektare, Baghdad Zoo dibangun atas ide Presiden Irak ke-empat, Ahmed Hassan al-Bakr. Kebun binatang ini resmi dibuka pada tahun 1971.
Baghdad Zoo pernah menjadi kebun binatang terbesar di Timur Tengah, dengan koleksi sekitar 600 hewan. Pada tahun 2001 tercatat pengunjungnya 1,5 juta orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Irak ke-lima Saddam Hussein sempat melakukan renovasi besar-besaran pada tahun 2002. Dananya hingga US$50 juta.
Namun niat pembukaan kembali kebun binatang yang megah pada tahun 2003 harus tertunda oleh Invasi Amerika.
Selama perang terjadi, Baghdad Zoo otomatis tak beroperasi. Bahkan hewan-hewan yang berada di dalamnya terlantar, karena karyawan dilarang mendekati areanya yang masuk zona konflik.
Kebun binatang masuk dalam zona "hijau", area yang berisi rumah Saddam Hussein, pejabat pemerintah, dan gedung pemerintahan. Kawasan itu dijaga ketat oleh tentara Amerika, sehingga menjadi sasaran serangan.
Beragam peluru menghujam kebun binatang. Hewan-hewan yang sudah kelaparan dihantui oleh suasana yang mencekam.
Kesengsaraan Baghdad Zoo tidak berhenti setelah kedua pihak yang berperang menyetop tembakan. Kemudian muncullah penjarah.
Mereka mencuri hewan-hewan eksotis untuk dijual di pasar gelap di Eropa dan Amerika. Hewan-hewan yang lain dibunuh untuk dikonsumsi dagingnya. Kemiskinan dan kelaparan mendatangkan suram di Baghdad Zoo.
Dari 600 hewan di Baghdad Zoo tersisa hanya 35 yang bertahan hingga hari ke-delapan invasi. Mereka yang tersisa ialah hewan berbadan besar yang mungkin dirasa sulit dijual atau dibunuh.
Kondisi hewan yang tersisa amatlah mengenaskan. Beberapa ada yang sampai sekarat karena kelaparan dan kehausan, termasuk Mandor, harimau Siberia berusia 20 tahun yang merupakan milik anak Saddam Hussein, Uday Hussein, dan Saida, seekor beruang coklat yang matanya buta.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Kabar mengenai hancurnya Baghdad Zoo langsung menyebar ke seluruh dunia. Pada pertengahan April 2003, konservasionis Afrika Selatan Lawrence Anthony dari Suaka Margasatwa Thula Thula di Zululand, bepergian dengan mobil sewaan bersama dua asistennya dari Kuwait untuk membawa bantuan ke Baghdad Zoo.
Rombongan ini merupakan warga sipil pertama yang masuk ke Irak setelah invasi. Meski perjalanannya direpotkan oleh urusan birokrasi dan riskannya kondisi keamanan, rombongan ini berhasil masuk ke Baghdad Zoo.
Bekerja dengan direktur Baghdad Zoo Dr. Adel Salman Mousa dan Dr. Husham Mohamed Hussan dan beberapa staf yang nekat kembali, mereka mulai merawat dan memberi makan hewan yang tersisa dan memulihkan standar kebersihan kandang.
Sebagian besar hewan diselamatkan ke istana keluarga Hussein dan kebun binatang pribadi di sekitar Baghdad, dan termasuk singa, harimau, beruang coklat, serigala, rubah, unta, burung unta, musang, dan beberapa primata.
Kapten Angkatan Darat AS William Sumner dari Brigade Urusan Sipil ke-354 adalah perwira militer yang bertanggung jawab atas kebun binatang dan bergabung dengan tim untuk meningkatkan keamanan dan membendung arus penjarah.
Organisasi perlindungan hewan seperti Wildaid, Care for the Wild International, dan IFAW, lalu mulai ikut membantu.
Kebun binatang dan taman sekitarnya dibuka kembali untuk umum pada tanggal 20 Juli 2003, setelah perbaikan dan renovasi oleh insinyur Angkatan Darat AS.
Saat pembukaan kembali, terdapat 86 hewan yang dipajang, termasuk ke-19 singa yang masih hidup dan selamat dari penjarahan.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Pada tahun 2008, Baghdad Zoo memiliki 800 hewan, meskipun sebagian besar adalah burung. Satu-satunya hewan besar di kebun binatang adalah dua singa betina yang tersisa dari 22 singa asli sebelum invasi.
Di tahun yang sama, kebun binatang menerima dua anak harimau (Hope dan Riley) dari Pusat Konservator yang berbasis di Mebane, Carolina Utara, sebuah pusat konservasi dan pelestarian satwa liar yang eksotis.
Setahun berikutnya, kebun binatang melaporkan bahwa mereka memiliki sekitar 1.070 hewan. Untuk menjaga keamanan pengunjung, Taman Al-Zawraa yang merupakan lokasi kebun binatang tersebut dijaga oleh satuan polisi.
Pengunjung yang masuk harus menjalani penggeledahan. Meskipun jumlahnya tidak dapat diverifikasi, direktur jenderal taman dan kebun, Salah Abu al-Lail, memperkirakan hampir 8 juta pengunjung ke taman tersebut pada tahun 2009.
Baru beberapa tahun pulih dari Invasi Amerika, Baghdad Zoo harus bertemu pandemi virus Corona. Tahun lalu, objek wisata ini ditutup, bersama dengan Taman Hiburan Al-Zawraa, karena pemerintah Irak memerintakan pembatasan perjalanan dan penguncian wilayah demi meredam Covid-19.
Hingga pada akhir pekan lalu, Baghdad Zoo dan Taman Hiburan Al-Zawraa kembali dibuka. Wajah-wajah ceria penduduk Irak terlihat saat mereka berdatangan untuk piknik.
Kisah penyelamatan kebun binatang Baghdad diceritakan dalam buku 'Babylon's Ark' oleh penulis Lawrence Anthony dan Graham Spence. Sebuah buku yang lebih baru untuk anak-anak berjudul 'Saving the Baghdad Zoo, a True Story of Hope and Heroes', dirilis pada 9 Februari 2010.